Nasional DISKUSI KRAMAT

PBNU Bahas Geopolitik Global tentang Perubahan Strategi AS

NU Online  ·  Jumat, 23 Mei 2025 | 18:00 WIB

PBNU Bahas Geopolitik Global tentang Perubahan Strategi AS

Diskusi Kramat edisi perdana di Gedung PBNU, Jakarta jalan Kramat Raya 164 pada Jumat (23/5/2025). (Foto: Suwitno/NU Online)

Jakarta, NU Online 
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Forum Diskusi Kramat perdana yang diadakan secara rutin setiap Jumat. Forum pertama ini menghadirkan dua narasumber utama, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) dan Dosen Hubungan Internasional SKSG UII Muhamad Syaroni Rofi'i, dengan tema "Amerika dan Dunia Arab Pasca Kunjungan Presiden Donald Trump".


Gus Ulil menyoroti perubahan drastis dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap negara-negara Timur Tengah. Menurutnya, dalam era Presiden Joe Biden, hubungan AS dengan Saudi Arabia memburuk pasca kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.


"Joe Biden pernah mengatakan dengan terus terang bahwa Saudi Arabia akan dijadikan 'negara pariah," ujar Gus Ulil di lantai 1 Gedung PBNU jalan Kramat Raya 164 pada Jumat (23/5/2025).


Akibatnya, negara-negara Teluk, terutama Saudi, menjauh dari Washington selama empat tahun. Hubungan itu di sisi lain, berubah secara signifikan saat Donald Trump menjabat.


"Kunjungan luar negeri pertama Trump justru ke negara-negara Teluk, tanpa melibatkan Israel. Ini menunjukkan dinamika geopolitik yang luar biasa," tambah Gus Ulil.


Trump juga dinilai berhasil menjalin diplomasi rahasia dengan Qatar untuk membebaskan warga negara Amerika yang ditahan Hamas, sebuah pencapaian yang menurut Gus Ulil menjadi quick win yang dibanggakan Trump.


Muhamad Syaroni Rofi'i menambahkan bahwa doktrin "America First" yang diusung Trump mengubah wajah kebijakan luar negeri AS secara mendasar.


"Trump meyakini bahwa tugas presiden adalah membuka lapangan kerja, bukan mengurusi urusan internasional. USAID dan Kementerian Pendidikan bahkan dibubarkan di awal pemerintahannya," jelasnya.


Ia menilai pendekatan Trump sebagai bentuk politik realis, yang percaya bahwa dunia ini kacau dan setiap negara harus mampu bertahan sendiri tanpa bergantung pada pihak lain.


"Kebijakan ini membuat sekutu AS seperti Jepang dan Korea Selatan khawatir akan komitmen perlindungan dari AS jika terjadi konflik dengan China," ujarnya.


Syaroni juga mencatat bahwa kunjungan Trump ke Timur Tengah dirancang strategis: mengunjungi tiga negara kunci Sunni Saudi Arabia, UEA, dan Qatar demi menjamin investasi dan stabilitas kawasan. Dalam pertemuan tersebut, Qatar bahkan menghadiahkan pesawat mewah kepada Trump sebagai bentuk diplomasi simbolik.


Forum ini juga menyinggung kemungkinan dibangunnya Trump Tower di Suriah sebagai hasil pertemuan diam-diam dengan pemimpin negara tersebut, serta proposal Abrahamic Accords yang ingin dilanjutkan Trump dengan pendekatan berbasis ekonomi.


"Trump percaya bahwa jika diberi bantuan ekonomi, negara-negara Timur Tengah bisa berdamai dengan Israel. Dulu Sudan dan Mesir ikut berdamai karena iming-iming investasi," pungkas Syaroni.


Forum diskusi ini direncanakan dilaksanakan secara rutin setiap setelah solat Jumat yang akan membahas segala macam hal tentang isu-isu terkini.


Pada pembukaan ini dihadiri oleh Ketua PBNU Ishfah Abidal Aziz dan Ahmad Suaedy beserta Direktur Eksekutif Institute for Humanitarian Islam (IFHI) Yaqut Cholil Qoumas.
Â