Nasional

PBNU Jelaskan soal Tema Kemandirian untuk Muktamar Ke-34 NU

Rab, 29 Januari 2020 | 14:35 WIB

PBNU Jelaskan soal Tema Kemandirian untuk Muktamar Ke-34 NU

Kantor PBNU. (Foto: NU Online/Muchlishon)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatu Ulama telah memutuskan bahwa Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama akan berlangsung pada 22-27 Oktober 2020 di Lampung. Muktamar tersebut mengusung tema 'NU Mandiri, Indonesia Bermartabat'.

Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU H Robikin menyatakan bahwa ada sebagian orang yang salah menafsirkan tema tersebut bahwa NU tengah marah kepada pemerintah karena tidak memasukkan pengurus NU menjadi bagian dari kabinet Indonesia Maju.

"Salah paham sudah terjadi di sebagian orang dan itu juga sudah di media sosial 'oh, iya, NU sedang marah pasca-Pilpres, paska pengumuman kabinet. Harus kita katakan dengan tegas salah besar penafsiran seperti itu," kata Robikin saat mengisi acara Media Sosial NU Gathering di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (29/1).

Menurutnya, kritik yang sering dilontarkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kepada pemerintah tentang terjadinya intoleransi di bidang ekonomi dan konglomerasi tanpa kemitraan memang persoalan aktual dan tidak ada kaitannya dengan paska Pilpres.

"Moderasi terjadi di bidang keagamaan, di bidang kebangsaan yang sudah digaungkan NU, tetapi moderasi di bidang ekonomi tidak pernah terwujud. Itu kritik yang memang aktual dan bukan disebabkan oleh efek dari apa yang terjadi di Pilpres dan pengumuman kabinet," terangnya.

Pria yang juga menjadi Ketua Ketua PBNU ini mengemukakan bahwa tema kemandirian itu muncul sebagai bantahan atas tesis yang pernah ada di dalam ilmu ketatanegaraan bahwa 'kalau  penyelenggara negara kuat, rakyat harus lemah'. 

Menurutnya, teori yang tepat adalah 'jika suatu negara ingin kuat, maka rakyatnya juga harus kuat, yakni harus mandiri, termasuk kemandirian itu harus diwujudkan oleh kekuatan civil society seperti NU. Sehingga tema 'NU Mandiri Indonesia Bermartabat' itu bermakna bahwa NU ingin menegaskan khidmatnya di bidang keagmaan dan kebangsaan.

"Kalau NU kuat maka dengan sendirinya Indonesia akan kuat karena NU adalah bagian dari infrastruktur sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan dari civil society. Begitu Indonesia kuat baik secara ekonomi, secara politik, secara budaya, dan seterusnya maka Indonesia semakin bermartabat dalam percaturan global," terangnya.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Fathoni Ahmad