Nasional

PBNU Kirim Dai dan Imam Ikuti Daurah di Universitas Al Azhar Mesir

Sen, 29 April 2019 | 03:15 WIB

PBNU Kirim Dai dan Imam Ikuti Daurah di Universitas Al Azhar Mesir

Rombongan Daurah LD PBNU ke Mesir

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Dakwahnya mengirim 12 dai dan imam untuk menjadi peserta program daurah selama dua bulan bersama para dai dan imam dari seluruh dunia di Univeritas Al Azhar Kairo,  Mesir.

Wakil Ketua LD PBNU KH Muhammad Nur Hayid yang menjadi ketua rombongan program daurah dai pertama ke Mesir ini menjelaskan, daurah ini dilakukan dalam rangka penguatan kualitas dai dan imam atau pemimpin umat islam di Indonesia yang mayoritas merupakan warga NU. Para peserta akan digembleng terkait bagaimana menjadi dai dan imam sebagaimana amanah Al-Qur'an dan Rasulullah SAW.

"Program ini adalah follow up (tindak lanjut) dari hasil kerjasama antara PBNU dan kampus Al Azhar Mesir pascakunjungan grand syekh ke PBNU beberapa waktu lalu. Tujuannya agar konsep dakwah wasathiyah (moderat) yang Rahmatan lil Alamin bisa terus disinergikan menghadapi pola dakwah yang ngawur dan radikal dari kelompok salafi dan wahabi yang terjadi di berbagai belahan dunia Islam saat ini," jelas kiai muda yang karib disapa Gus Hayid ini kepada NU Online, Senin (29/4).

Pengasuh Pesantren Skill Jakarta ini menambahkan bahwa program yang dimulai awal Mei sampai akhir Juni ini akan dijadikan program unggulan PBNU dan LDNU khususnya dalam penguatan dakwah aswaja yang damai penuh rahmat di tengah dakwah penuh caci maki dan provokasi.


Foto: Pembekalan Peserta Daurah

Pesertanya sendiri merupakan para dai dan imam yang sudah memiliki pengalaman berdakwah dan membina umat baik melalui pesantren atau majlis taklim serta memiliki syarat yakni bisa berbahasa arab aktif, imla, dan hafal ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits yang terkait dakwah.

"Diharapkan setelah selesainya program ini, para peserta bisa melanjutkan kembali dakwahnya yang lebih aktual dan kontekstual dengan kebutuhan masyarakat dan umat. Sehingga dengan demikian, umat tidak akan lagi terkecoh kelompok ustadz abal-abal yang hanya modal surban dan jubah yang saja, baca Qur'an masih belepotan dan tidak menguasai kaidah dasar bahasa Arab namun sudah berani menghina ulama yang sudah diakui umat," tegas pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat ini.

Sementara itu, Ketua PBNU KH Abdul Manan saat pemberangkatan peserta menjelaskan juga bahwa program ini adalah program penguatan dakwah Aswaja An-Nahdiyyah yang menekankan Islam Rahmatan lil Alamin yang tujuan jangka panjangnya adalah menjaga NKRI.

LDNU ingin menjadikan Islam di nusantara ini sebagai kiblat Islam di dunia karena sesuai dengan pesan Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.

"Sebab belakangan ini banyak yang mengaku paling islami dan membid'ahkan bahkan mengafirkan orang lain serta mengajak kembali kepada Al-Qur'an dan sunnah, tapi praktiknya justru jauh dari akhlak Rasulullah dan bahkan bertentangan dengan ajaran Qur'an dan sunnah," tegas Kiai Manan.

Oleh karenanya Kiai Manan berpesan agar setelah kembali ke tanah air, para peserta daurah tidak boleh membiarkan model dakwah takfiri dan pembid'ahan terjadi di mana-mana. Para alumni harus proaktif mendampingi dan membimbing umat dari akidah dan ajaran menyesatkan yang bukannya mempersatukan umat Islam sebagaimana amanah Al-Qur'an dan sunnah namun justru memecah belah umat.

Hal senada diungkapkan Sekretaris Umum LD PBNU KH Bukhori Muslim yang menegaskan bahwa program ini adalah upaya pengembangan dan penguatan Islam wasathiyah dalam menghadapi derasnya Islam fundamentalis dan ekstrimis yang cenderung melahirkan kelompok-kelompok takfiri dan menghalalkan darah bagi yang berbeda pandangan dengan kelompoknya.

"Tahun ini kita sudah menyeleksi 43 peserta yang akan mengikuti program ini selama setahun dengan 3 kloter. Tahun depan PBNU melalui LDNU diminta menyiapkan 100 peserta lagi, selain daurah-daurah yang lain, seperti daurah Ifta, daurah allughah alarabiyah dan lainnya," tegas Dosen UIN Jakarta ini.

Pogram ini lanjutnya, akan dilanjutkan di tahun-tahun mendatang dengan melakukan seleksi yang lebih selektif kepada para peserta. Sebab, Pemerintah Mesir dan Al Azhar sudah mempercayakan program ini kepada PBNU. (Muhammad Faizin)