Pembelajaran Daring Berikan Konteks Masing-masing Anak saat di Rumah
Sel, 29 Juni 2021 | 07:00 WIB
Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Praktisi Keluarga, Najelaa Shihab, menilai hikmah pembelajaran di masa pandemi sebagai transformasi ekosistem pendidikan yang membuat pembelajaran menjadi semakin dekat.
Mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring), menurut Najelaa membuka peluang guru untuk lebih mengetahui konteks masing-masing anak saat di rumah.
“Pandemi ini membuat semua orang yang tadinya menggunakan cara belajar lama mau tidak mau berubah. Jadi, guru-guru pun dan pengelola sekolah belajar banyak sekali selama pandemi ini,” kata Najelaa dalam acara Keluarga Kita 2021: Keluarga vs Pandemi, Selasa (29/6).
Saat ini, perempuan yang akrab disapa Ela ini juga sedang mengampanyekan penilaian belajar berfokus pada karya. Hal ini penting karena tujuan dasar dari sekolah adalah siap berkontribusi bagi kehidupan di masa depan.
“Jadi, anak-anak itu tidak bisa dinilai dari hasil ujian aja pintarnya itu tidak boleh hanya pintar di atas kertas aja. Tetapi benar-benar sekolah itu mengajarkan supaya anak itu siap hidup dan berkontribusi,” jelas Ela.
Adapun penilaian berbasis karya bertujuan memerdekakan proses pembelajaran agar anak mampu memecahkan sebuah masalah dan meningkatkan rasa empati. Sebab, melihat fitrah seorang anak adalah mengeksplorasikan setiap keinginan melalui sikap kritisnya.
“Begitu dapat kesempatan bereksplorasi kemudian guru dan orang tuanya mendukung, menurut saya prestasi dan capaian anak-anak di masa pandemi akan lebih baik,” ujar Pendiri Sekolah Cikal ini.
Hal itu diamini oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, dengan mengatakan semakin banyak orang tua yang menjadi mentor dalam tumbuh kembang anak itu akan semakin baik.
“Orang tua adalah sosok yang memberikan perubahan dalam kekuatan untuk menjadikan anak sebagai manusia yang tangguh dan sukses,” kata Nadiem
Menurut Nadiem, dalam pola pengasuhan anak bukan hanya sosok ibu yang penting akan tetapi peran ayah juga sama dibutuhkannya. Sebab, secara instingtual seorang ibu sudah melekat erat dengan kehidupan anak. Maka dari itu peran emosional ayah dalam mendekatkan diri dengan anak menjadi sangat penting.
“Caranya berkomunikasi. Bisa dengan mengajak ngobrol, membacakan buku, atau memberitahukan anak bahwa selain ibu ada ayah yang juga sama-sama bisa melindungi mereka,” ungkapnya.
“Menurut saya ketiga peran itu penting dari sisi kognitif, intelektual, juga fisik si anak,” imbuh dia.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Penjelasan Nuzulul Qur’an Diperingati 17 Ramadhan, Tepat pada Lailatul Qadar?
2
Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan
3
Hukum Jamaah dengan Imam yang Tidak Fashih Bacaan Fatihahnya
4
Kisah Unik Dakwah Gus Mus di Pusat Bramacorah hingga Kawasan Lokalisasi
5
Jangan Keliru, Ini Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar
6
194.744 Calon Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji, Masih Ada Sisa Kuota Haji 2024
Terkini
Lihat Semua