Nasional

Pembuktian 1 Syawal Menurut Gus Baha: Hitung Hari sampai Bulannya Purnama

Jum, 5 Mei 2023 | 08:30 WIB

Pembuktian 1 Syawal Menurut Gus Baha: Hitung Hari sampai Bulannya Purnama

Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: Dok. Al-Munawwir Krapyak)

Jakarta, NU Online 

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha empat tahun lalu pernah menyampaikan cara pembuktian kapan sebetulnya 1 Syawal. Hal ini cukup melihat bulan pada tanggal 15 yang diyakininya, apakah bulan sudah sempurna atau belum.


"Kata abdi ndalem buyut saya (Mbah Abdurrahman, kakek kelima Gus Baha), sebenarnya mudah saja bab penentuan awal Syawal. Orang yang meributkan awal bulan tadi nanti diminta melihat bulan di tanggal 15 (bulan hijriah). Sekarang dihitung saja. Jadi cobalah mencintai ilmu, jangan suka bertengkar. Perkara awal Syawal saja kok bertengkar," katanya pada saat pengajian di Pondok Pesantren Izzati Nuril Qur'an, Pleret, Yogyakarta, Senin (26/8/2019) dikutip dari Youtube Santri Gayeng, sebagaimana dilansir NU Online pada tulisan berjudul 'Gus Baha Berikan Tips kepada Orang Awam untuk Uji Kebenaran Awal Syawal'.


Gus Baha menegaskan bahwa melihat bulan di tanggal 15 itu adalah cara Allah tetap bikin ilmu menurut orang awam yang tidak memahami ilmu falak. Namun, mereka tetap bisa menguji kebenaran awal Syawal dari tanggal 15.


Jika tanggal 15 di bulan tersebut belum purnama, ternyata sempurnanya baru esoknya, atau lusanya, berarti itulah yang benar 1 Syawalnya. Atau sebaliknya, pada tanggal 15 ternyata bulan telah menyusut, maka berarti 1 Syawal jatuh pada hari sebelumnya.


Lebih lanjut, Gus Baha menyampaikan bahwa sebenarnya ini perangkat awam, yang bisa memperlihatkan siapa di antara pihak-pihak yang mengemukakan pendapat yang benar. Sebenarnya tidak masalah menurut teori Falak, kata Gus Baha. Bagi orang yang tidak menekuni ilmu Falak, lanjut Gus Baha, biasanya suka bilang, "sesama Islam kok beda lebarannya".


"Memang kalau sama-sama Islam pikirannya harus sama? Orang yang berpikir seperti ini secara ilmu demokrasi saja sudah salah. Kan tidak harus sama meskipun agamanya sama. Itu sunnatullah. Cobalah percaya ilmu, jangan banyak bicara," kritik Gus Baha.


Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Surat Nomor 653/PB.01/A.II.10.47/99/04/23 mengikhbarkan bahwa awal bulan Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu Pon tanggal 22 April 2023 M. Jika dihitung dari tanggal tersebut, berarti tanggal 15 Syawal 1444 H bertepatan pada Jumat malam Sabtu, 5-6 Mei 2023, tepat pada saat bulan mengalami gerhana penumbra.


Dijelaskan dalam Informasi Gerhana Bulan Penumbra 15 Syawal 1444 H/5-6 Mei 2023 M yang diterbitkan LF PBNU, gerhana bulan penumbra terjadi saat istikbal, tetapi bulan tidak bersinggungan sama sekali dengan kerucut bayangan inti (umbra) bumi. Cakram bulan hanya memasuki kerucut bayangan tambahan (penumbra) bumi, baik seluruhnya maupun sebagian saja.


"Dan pada puncak gerhana, ketampakan bulan sangat sulit dibedakan dengan bulan purnama biasa kecuali oleh perukyah berpengalaman," demikian keterangan Informasi LF PBNU.


Perukyah berpengalaman akan menyaksikan bagian tertentu Bulan sedikit lebih gelap dibanding bagian lainnya di puncak gerhana. Dalam literatur falak klasik, Gerhana Bulan seperti ini disebut khusuf asy–syabahi seperti disebutkan dalam kitab Irsyadul Murid karya KH Ghozali Fathullah.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin 


*Keterangan: judul telah mengalami penyesuaian pada Jumat (5/5/2023) pukul 14.45 WIB.