Nasional

Pendidikan Bermutu Jawab Tantangan Masa Depan

Sab, 27 Juli 2019 | 07:15 WIB

Pendidikan Bermutu Jawab Tantangan Masa Depan

Ketua PBNU Hanief Saha Ghafur menyampaikan Orasi Kebudayaan 'Membangun Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang Bermutu dan Berkarakter', Jumat (26/7) malam di Gedung Lemhanas Jakarta.

Jakarta, NU Online
Apa yang dibutuhkan di masa depan, itulah yang harus disiapkan. Termasuk melalui pendidikan, harus mampu menjawab kebutuhan di masa depan. Dengan menyiapkan apa yang dibutuhkan di masa depan, kita pantas merasa optimis.
 
Demikian salah satu poin penting yang disampaikan Ketua PBNU Bidang Pendidikan, A Hanief Saha Ghafur dalam Orasi Kebudayaan, Jumat (26/7) malam di Gedung Lemhanas Jakarta.
 
Untuk membangun keoptimisan, sistem pendidikan harus dimbangi dengan mutu yang baik. Mutu, sebut Hanief, pada hakikatnya adalah spesifikasi yang melekat pada suatu produk dan jasa layanan.
 
"Ancangan strategis dari mutu adalah apa yang diminta dan dipersyaratkan oleh masyarakat dan atau pengguna. Juga dipersyaratkan oleh tuntutan kebutuhan masa depan. Mutu suatu bangsa ditentukan oleh ancangan strategis dan apa-apa yang dipersyaratkan oleh tuntutan kebutuhan masa depan (conformance by requirement)," papar Hanief dalam acara bertema Membangun Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang Bermutu dan Berkarakter.
 
Menurut Haneif, hakikatnya mutu dapat diraih dengan harga yang murah dan tidak berbayar (quality is free). Jika kita masih perlu membayar, itu tanda bahwa kita masih belum bermutu. Karena itu, ekonomi mutu sejatinya adalah biaya mutu atas ketidakbermutuan.
 
"Semakin kita tidak bermutu, maka semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Sedikit bermutu itu tidak cukup bermutu. Cukup bermutu itu tidak cukup bermutu," sebutnya.
 
Dalam istilah lain, cukup baik itu tidak cukup baik. Sudah saatnya masyarakat Indonesia mengubah pikiran, sikap, perilaku, tindakan, dan kebijakan dari sekedar baik-baik saja menjadi hebat (not only good but great).
 
"Tentu mencapai great itu dilakukan setahap demi setahap; doing great by doing good," imbuhnya.
 
Namun demikian, berbuat untuk menghasilkan mutu yang tinggi jangan dilakukan dengan minimalis atau apa danya, tetapi harus penuh fokus dan segala-galanya (all out). Sebab, hilangannya fungsi mutu dalam pendidikan (quality loss fuction in education) tidak hanya mengakibatkan ketertinggalan mutu, tetapi juga akan menanggung dampak kerugian besar secara ekonomi mutu dan biaya yang harus dikeluarkan akibat ketidakbermutuannya.
 
"Dampak sosial yang bisa terjadi akan mengalami ketertinggalan budaya, rendahnya tingkat kesejahteraan, dan semakin turun kemampuan dan daya saing bangsa untuk meraih kemajuan," kata alumni Pesantren Sidogiri ini.
 
Keunggulan dan kemajuan kompetitif bangsa-bangsa di dunia, dikatakan Hanief diraih dengan kombinasi antara kekuatan ekonomi dan kemampuan iptek. Lalu bagaimana jika dua kekuatan itu belum juga dimiliki oleh Indonesia, misalnya?
 
"Masih ada satu kekuatan dahsyat yang bisa kita miliki, yaitu kekuatan karakter berbasis keunggulan mutu," tegasnya.
 
Melalui kekuatan karakter berbasis mutu, bangsa-bangsa di dunia memiliki kesempatan dan peluang yang sama. Bangsa-bangsa miskin dan tertinggal memiliki peluang yang sama dengan bangsa-bangsa yang kaya dan maju dalam meraih kemajuan dan keunggulan.
 
Kemudian, dengan pendidikan karakter berbasis keunggulan mutu kita perlu terus mendidik dengan konten yang tepat, cerdas, dan bernas agar lebih bermutu dan berkarakter unggul. (Kendi Setiawan)