Nasional

Penjelasan Ilmiah Tiga Macam Gerhana Matahari

Sel, 24 Desember 2019 | 05:30 WIB

Penjelasan Ilmiah Tiga Macam Gerhana Matahari

Ilustrasi gerhana matahari cincin.

Jakarta, NU Online
Masyarakat Indonesia akan menghadapi peristiwa alam langka, yakni gerhana matahari cincin (GMC) pada Kamis (26/12) pukul 10.22 WIB hingga pukul 14.14 WIB dengan puncaknya pada pukul 12.17 WIB.

Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU) Muhammad Ma’rufin Sudibyo menjelaskan bahwa gerhana matahari cincin merupakan peristiwa ketika cakram bulan menutupi sebagian besar cakram matahari.
 

“Ukuran mar’i bulan lebih kecil ketimbang matahari, menjadikan cakram bulan tidak sepenuhnya menutupi cakram matahari di puncak gerhana,” katanya kepada NU Online pada Selasa (24/12).

Hal tersebut diakibatkan jarak bulan yang berada di titik nodal kala ijtimak yang relatif jauh dari bumi, atau dalam istilah ilmu falak menempati titik apogee, titik terjauh ke bumi dalam orbit bulan.
 
 

Hal tersebut membuat cahaya matahari tertutupi oleh bulan sehingga membentuk dua bayangan, yakni bayangan inti cincin yang disebut antumbra dan bayangan tambahan yang disebut penumbra. 

“Lokasi yang dilintasi antumbra akan menyaksikan gerhana matahari cincin sedangkan lokasi penumbra hanya menyaksikan gerhana,” katanya menjelaskan gerhana yang disebut juga gerhana matahari anular itu. 

Selain gerhana matahari cincin, ada pula gerhana matahari total (GMT). Peristiwa ini terjadi ketika jarak titik nodal bulan kala ijtimak cukup dekat dengan bumi, dalam istilah falak disebut perigee, titik terdekat kebu bumi dalam orbit bulan. Hal tersebut membuat ukuran bulan terlihat sama dengan ukuran matahari. 
 

“Sehingga ukuran mar’i bulan relatif sama dengan matahari yakni diameter 0 derajat 30 menit, menjadikan cakram bulan sepenuhnya menutupi cakram matahari di puncak gerhana,” ujarnya.

Dalam konfigurasi ini, lanjutnya, cahaya matahari yang terblokir oleh bulan akan membentuk dua bayangan, yaitu bayangan inti total yang disebut umbra dan bayangan tambahan yang disebut penumbra. 

“Lokasi yang dilintasi umbra akan menyaksikan gerhana matahari total, sementara lokasi penumbra hanya menyaksikan gerhana sebagian,” kata Ma’rufin.

Di samping total dan cincin, ada pula gerhana matahari sebagian (GMS). Berbeda dengan dua gerhana sebelumnya, GMS terjadi saat ijtimak namun bulan hanya berdekatan dengan salah satu titik nodalnya saja. Peristiwa itu membuat cakram bulan tidak sepenuhnya menutupi cakram matahari di puncak gerhana pada lokasi manapun. 

Cahaya matahari yang terblokir bulan dalam konfigurasi ini hanya akan membentuk satu bayangan, yaitu bayangan tambahan yang disebut penumbra. Karenanya, di manapun berada di lokasi penumbra, hanya akan terlihat gerhana sebagian.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon