Nasional

Pentas PAI Kemenag Perkuat Pemahaman Islam Moderat

Rab, 2 Oktober 2019 | 14:00 WIB

Pentas PAI Kemenag Perkuat Pemahaman Islam Moderat

Direktut PAI Ditjen Pendis Kemenag Rohmat Mulyana Sapdi (kedua dari kiri) saat Konferensi Pers di Kantor Kemenag Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10). (Foto: NU Online/panitia)

Jakarta, NU Online
Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam siap menggelar Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) bagi siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pentas PAI Tingkat Nasional ke IX ini akan berlangsung di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu-Selasa, 9-14 Oktober 2019 mendatang.
 
Direktur Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendis Kemenag, Rohmat Mulyana Sapdi, mengatakan kegiatan itu bertujuan meningkatkan kreativitas siswa PAI di berbagai sekolah di Indonesia. Peserta yang tampil, kata dia, merupakan peserta yang dinyatakan lolos dan berhak mengikuti serangkaian perlombaan yang akan dihelat. 
 
“Kegiatan juga diharapkan meningkatkan kesadaran pemahaman agama siswa terutama pemahaman agama yang moderat,” tutur Rohmat Mulyana saat Konferensi Pers di Kantor Kemenag Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10). 
 
Ia menjelaskan, agar semua rangkaian berjalan dengan maksimal seluruh perangkat yang diperlukan pada perhelatan dua tahunan itu telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari.
 
Ada 10 jenis perlombaan yang akan dihelat antara lain Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Pidato, Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), Cerdas Cermat, Kaligrafi, Nasyid, Debat PAI, Kreasi Busana, Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja. 
 
Menurut Rohmat Mulyana, Pentas PAI 2019 harus berdampak terhadap pemahaman siswa kepada Islam Washatiyah sehingga upaya mewujudkan islam rahmatan lil alamin bagi kalangan siswa sekolah terealisasi dengan baik. 
 
Ia mendapatkan laporan dari beberapa lembaga yang menyebutkan bahwa radikalisme sudah masuk ke semua tingkatan sekolah termasuk sekolah milik pemerintah seperti SD, SMP, dan SMK/SMA. 
 
“Makanya melalui kegiatan ini juga kami dalam rangka menata kegiatan Rohis yang dinilai menjadi pintu gerbang masuknya ajaran intoleran di sekolah,” ucap mantan Sekretaris Balitbang Diklat Kemenag ini. 
 
Di sela rangkaian kegiatan, pihaknya juga akan menggelar Saresehan Moderasi Agama untuk memperkuat pemahaman islam yang ramah. Dengan begitu, ratusan siswa dibekali mana pemahaman Islam yang harus diterima mana ajaran Islam yang harus dikonfirmasi ulang kepada guru atau kiai. 
 
Seiring dengan itu, Kemenag juga memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017 silam. Survei terkait radikalisme agama tersebut menunjukkkan adanya pemahaman radikal di kalangan remaja, yakni 37.71 persen meyakini bahwa perang sangat relevan dilakukan untuk melawan non muslim. 
 
Kemudian, 23.35 persen setuju bahwa bom bunuh diri itu termasuk jihad Islam, dan  34.03 persen juga sepakat jika muslim yang murtad harus dibunuh. Terakhir, sebanyak 33,34 persen menyatakan perbuatan intoleran terhadap kelompok minoritas tidak masalah. 
 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Musthofa Asrori