Nasional

Penyebaran Hoaks Cermin Tidak Percaya Diri Seseorang

NU Online  ·  Sabtu, 13 April 2019 | 13:30 WIB

Jakarta, NU Online 
Penyebaran hoaks merupakan strategi untuk membuat suasana gaduh. Dalam konteks politik penyebaran hoaks cermin tidak kepercayaan diri seseorang.

"Karena dia tidak mampu berkompetisi secara bersih sehingga dia melakukan hal-hal negatif," ujar penasihat Kepemiluan-Kemitraan, Wahida Suaib pada Diskusi Menangkal Hoaks yang berlangsum Kamis (11/4) kemarin.

Selain itu, praktik pemenangan diri bisa menjadi cermin saat seseorang nantinya menjabat. "Apakah kita akan mau dibohongi paslon dengan cara hoaks sebelum dia menang dan menjadi pemimpin? Tentu tidak," tegas Wahida.

Terkait Pemilu raya 2019, Wahida menyebutkan beberapa hoaks yang saat ini dihadapi KPU seperti ada tujuh kontainer surat suara sudah dicoblos, server KPU di-seting untuk kemenangan paslon tertentu, surat suara di Malaysia sudah tercoblos saat dibuka yang saat ini masih dalam proses penyelidikan.

"Ini sangat menyakitkan bagi para pemimpin dan para pekerja yang menyiapkan persiapan pemilu serentak yang membutuhkan tenaga dan fikiran yang menguras energi," kata Wahida.

Contoh-contoh hoaks yang dialami KPU ini, lanjut Wahida, harus segera ditindak dan diusut sebab KPU lembaga kredibel yang menjadi tumpuan kepercayaan publik karena penyelenggara pemilu serentak nanti. 

Wahida memberikan petunjuk bagaimana suatu berita ternyata hoaks. Pelaku hoaks biasanya menggunakan kata-kata yang membangunkan alarm peringatan dalam diri kita. "Misalnya pemilihan kata viral, ternyata cara, beginilah sikap," ujarnya.

Selain itu, masyarakat juga dapat mengenali berita dan sumber hoaks di antaranya bisa dengan mengecek siapa penulisnya, sejak kapan akun media sosial itu ada, sejak kapan muncul dan apakah karena momentum tertentu. 

Diskusi yang diselenggarakan Kopri PB PMII ini berlangsug di Cafe Kopijadi, Tebet, Jakarta Selatan. (Kendi Setiawan)