Nasional

Peran Ditjen Bimas Islam dalam Pengarusutamaan Moderasi Beragama

Kam, 28 Juli 2022 | 08:00 WIB

Peran Ditjen Bimas Islam dalam Pengarusutamaan Moderasi Beragama

Suasana pembukaan ICROM 2022 oleh Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, di Ancol Jakarta Utara. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI Kamaruddin Amin mengatakan, Ditjen Bimas Islam berada di garda terdepan dalam mengimplementasikan setiap kebijakan Kemenag. Salah satunya pengarusutamaan Moderasi Beragama.


Hal tersebut dikatakan Ditjen Bimas Islam saat membuka resmi penyelenggaraan Konferensi Internasional Pertama tentang Moderasi Beragama atau International Conference Religious Moderation (ICROM) 2022 yang digelar di Hotel Mercure Convention Center Ancol, Jakarta, Rabu (27/7/2022).


“Sebagai salah satu dari tujuh program prioritas kementerian, kami melakukan beberapa usaha dan berbagai upaya. Antara lain kami telah membentuk Pokja Pengarusutamaan Moderasi Beragama dalam Bimbingan Umat Islam,” kata Kamaruddin Amin.


Pihaknya juga telah merencanakan program di semua direktorat dengan muatan Moderasi Beragama. Arahan Menag juga dilaksanakan dalam program prioritas nasional yang dimasukkan dalam program tersebut.


“Konferensi ini salah satunya, yaitu ‘call for paper’ tentang isu-isu moderasi keagamaan di media digital. Singkatnya, konferensi ini sebenarnya merupakan eksekusi dari arahan GusMen,” tandas Dirjen Bimas Islam dalam Bahasa Inggris.


Pria asal Sulawesi Selatan ini mengatakan, dunia digital menjadi perhatian penting bagi pemerintah saat ini. Pihaknya menyadari bahwa tantangan kehidupan beragama di era kekinian tidak lepas dari revolusi teknologi informasi 4.0.


“Kita tidak bisa lepas dari revolusi dunia digital dan berbagai eksesnya. Data menyebutkan, pengguna internet di dunia pada 2022 mencapai 4,95 miliar orang, dan sekitar 204,7 juta di antaranya berasal dari Indonesia,” ungkapnya.


Para pengguna internet tersebut, lanjut Kamaruddin, saling berkomunikasi dan berbagi pemikiran. Secara tidak sadar, mereka saling mempengaruhi, termasuk dalam pemahaman agama. Ada yang sengaja mempromosikan atau menghasut pemahaman, pemikiran, atau bahkan melakukan perang psikiatri atau perang ideologis.


Solusi terbaik
Sementara pada saat yang sama, pihaknya percaya bahwa Moderasi Beragama adalah solusi terbaik untuk menghadapi pandangan agama yang ekstrem atau berlebihan.


“Berbagai upaya telah kami lakukan untuk mensosialisasikan dan menyebarluaskan moderasi beragama dalam berbagai cara di dunia digital. Misalnya, kami mendorong guru agama dan konsultan agama (atau ‘penyuluh agama’) untuk melek digital dan lebih aktif di media sosial dengan konten moderat,” terangnya.


“Kami berinovasi melakukan dakwah untuk kaum milenial melalui video pendek, dan lain sebagainya. Namun sayang, upaya kami masih perlu dioptimalkan. Untuk itu, kami berharap konferensi internasional dapat memberi berbagai masukan terkait penguatan upaya kita dalam menerapkan moderasi beragama, khususnya di ruang digital,” ujarnya.


Dalam laporannya, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Adib, mengatakan bahwa konferensi internasional akan diisi presentasi 72 makalah yang berhasil lolos pada ICROM 2022.


“Melihat dari daftar makalah yang akan dipresentasikan pada ICROM 2022, kami sangat bahagia. Banyak hal yang dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah, khususnya Kemenag, dalam mengembangkan Moderasi Beragama,” ujarnya


“Harapan kami, ini menjadi kontribusi sekaligus sumbangan pemikiran untuk pemerintah dalam memantapkan langkah aktualisasi Moderasi Beragama ke depan,” sambung Adib.


Ia menambahkan, harapan tersebut tidak terhenti sebagai sumbangan pemikiran akademik saja. “Namun, juga dapat kita jadikan masukan dan koreksi dalam rangka memajukan Moderasi Beragama sebagai jawaban atas problem umat beragama saat ini dan di masa mendatang,” tambahnya lagi.


Pantauan NU Online, empat narasumber utama berbicara pada sesi pertama, yakni Lukman Hakim Saifuddin (Penggagas Moderasi Beragama, Menag RI 2014-2019), Alissa Wahid (Tim Ahli Pokja Moderasi Beragama Kemenag), Shalahuddin Kafrawi (Dosen Studi Agama Hobart & William Smith College, Amerika Serikat), dan James B. Hoesterey (Dosen Studi Agama Emory University, Amerika Serikat).


Adapun sesi kedua yaitu Iim Halimatusa’diyah (Peneliti PPIM UIN Jakarta), Ismail Fahmi (CEO Drone Emprit Indonesia), Savic Ali (Founder dan Editor Islami.co) dan Unaesah Rahmah, (Peneliti RSIS Nanyang Technology University, Singapura).


Gelaran ICROM 2022 ini juga diisi peluncuran buku Moderasi Beragama Perspektif Bimas Islam. Acara yang diagendakan selama tiga hari, Selasa-Kamis, 26-28 Juli 2022 ini mengusung tema Moderasi Beragama di Ruang Digital.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan