Nasional

'Peran Umat Islam Tidak Melalui Perebutan Kekuasaan, tapi Partisipasi'

Rab, 26 Februari 2020 | 13:30 WIB

'Peran Umat Islam Tidak Melalui Perebutan Kekuasaan, tapi Partisipasi'

Wapres KH Ma'ruf Amin saat Ta'aruf Peserta Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII Tahun 2020 di Provinsi Bangka Belitung, Rabu (26/2). (Foto: NU Online/M Faizin)

Pangkal Pinang, NU Online
Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin mengajak umat Islam untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan berkontribusi dalam berbagai bidang pembangunan. Ia mengingatkan agar dalam memegang peran, umat Islam tidak menggunakan pendekatan perebutan kekuasaan yang ia sebut sebagai struggle of power, namun harus dalam bentuk berpartisipasi.
 
"Tidak menggunakan pendekatan perebutan kekuasaan (struggle of power) tapi berkontribusi dalam kekuasaan untuk memeroleh kepercayaan yang seharusnya kita dapatkan sesuai dengan kebesarannya," katanya saat Ta'aruf Peserta Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII Tahun 2020 di Provinsi Bangka Belitung, Rabu (26/2).
 
Kiai Ma'ruf menjelaskan jika peran-peran ini dilakukan dengan cara merebut, tentu akan mendapatkan perlawanan dan mendatangkan tidak situasi yang tidak kondusif. Jika umat Islam mampu berkiprah dengan baik maka tentu akan mendapat kepercayaan. Penguatan dan pemberdayaan umat dengan baik akan mendapatkan legitimasi.
 
Ia mengajak umat Islam untuk tidak merasa berada di negeri orang dan merasa menumpang di negeri sendiri. Umat Islqm harus menjaga Indonesia dan berperan besar dalam membangun negara ini. Semuanya, lanjut Ketua Umum MUI Pusat ini, perlu pemikiran jernih dan cerdas.
 
"Bukan seperti menghadapi musuh padahal tidak berperang. Saya dengar banyak ayatnya ayat perang dan doanya juga doa perang," ungkapnya.
 
Kiai Ma'ruf menyebut umat Islam juga harus memperkuat komitmen sebagai umat beragama sekaligus sebagai warga bangsa. "Nahnu muslimun wa nahnu Indunisiyyun (kita adalah orang Islam dan kita juga orang Indonesia)," tegasnya mengingatkan.
 
Dua hal inilah yang menjadi rel (arah) umat Islam di Indonesia dalam melangkah untuk mengawal NKRI yang merupakan negara kesepakatan hasil ikhtiar dari para pendiri bangsa.
 
Terkait dengan kepemimpinan umat Islam, sampai sekarang belum belum ada sosok yang bisa menyatukan umat Islam dan disepakati untuk menjadi pemimpin. "Imam untuk semua Islam belum ada. Yang ada imamah nahdliyah, imamah muhammadiyah, dan imamah organisasi keislaman lainnya," katanya
 
Maka menurutnya yang perlu diperkuat adalah imamah institusionaliyyah atau pemimpin kelembagaan. Dan, yang mampu merepresentasikan umat Islam di Indonesia adalah Majelis Ulama Indonesia di mana di situ berbagai elemen umat berkumpul. Jadi menurutnya MUI memiliki tanggung jawab untuk membangun dan memperkuat  umat islam untuk mampu berperan besar di negeri ini.
 
"Oleh karenanya tugas (MUI)  menyatukan umat. Bagaimana menyatukan dan menyamakan visi perjuangan umat islam. Jangan visinya berbeda," ujarnya pada acara yang dihadiri para tokoh Islam nasional ini.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan