Nasional

Perbedaan Tradisi Lebaran Idul Adha di Turki dan Indonesia 

Sel, 27 Juni 2023 | 21:00 WIB

Perbedaan Tradisi Lebaran Idul Adha di Turki dan Indonesia 

Masjid di Turki. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Berbeda dengan Indonesia, Hari Raya Idul Adha 2023 di Turki jatuh pada esok, yakni 28 Juni 2023. Perayaan Idul Adha di Turki dihidupkan dengan beberapa tradisi yang tak jauh berbeda dengan Indonesia. Mulai dari melaksanakan shalat Ied hingga menyantap hidangan daging kurban. 


Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki Nazihah mengatakan, lebaran Idul Adha di Turki menjadi momentum khas karena dirayakan selama berhari-hari. 


“Idul Adha di Turki menjadi libur besar. Misalnya, kita lebaran besok, kemarin hari Tarwiyah, sekarang Arafah, dan besok lebaran hari pertama. Nanti ada lebaran hari kedua, lebaran hari ketiga, gitu. Sampai hari Tasyrik selesai,” ungkap Nazihah kepada NU Online, Selasa (27/6/2023).


“Hari ini dimulai tadi jam 12 siang tadi sudah masuk libur. Sekolah juga sudah libur sampai lagi kembali aktif lagi semuanya hari Senin,” imbuh mojang asal Cianjur, Jawa Barat itu.


Menurutnya, Idul Adha justri memiliki masa libur yang lebih panjang daripada Idul Fitri. “Karena ada lebaran hari pertama, kedua, ketiga. Apalagi kebetulan lebarannya bertepatan di long weekend (libur panjang),” tutur dia.


Bahkan, lanjut dia, suasana perayaan lebaran kurban sudah dirasakan sejak beberapa hari sebelumnya. 


“Biasanya sekarang di hari Arafah, orang Turki ini menyambut meriah. Mereka saling mengucapkan satu sama lain selamat hari Arafah, selain besok mereka akan mengucapkan hari lebaran juga, hari ini sudah saling mengingatkan,” jabar dia.


Penangkaran hewan kurban 

Perempuan yang tengah menempuh studi magister di Universitas Marmara, Istanbul, Turki, itu menyebut penangkaran hewan kurban di Turki ditentukan di tempat-tempat tertentu. Biasanya, penangkaran dilokasikan di kawasan-kawasan terpencil, minim mobilitas penduduk.


“Kalau di Turki sendiri ketika menjelang hari raya kurban, hewan ternak tidak di pinggir jalan yang betul-betul pinggir jalan besar yang mana banyak mobil lewat,” kata dia.


“Biasanya di tempat-tempat yang sekiranya tidak terlihat oleh pengendara. Jadi, hanya kelihatan plang kalau di situ ada tempat pengumpulan hewan kurban,” sambungnya. 


Beda negara, beda olahan menu

Di Indonesia, daging kurban biasanya diolah menjadi menu hidangan seperti satai, semur daging, rendang, hingga dendeng sapi. Berbeda dengan Indonesia, Turki memiliki hidangan olahan sendiri. Menu hidangan kerap disesuaikan dengan musim.


“Kalau di sini itu kebetulan summer (musim panas), biasanya daging dibuat barbeque. Terus menu olahan rumah mereka kayak tumis daging dicampur dengan kacang-kacangan dan juga ada yang dibentuk kebab,” tuturnya.


Berbeda dengan kebab Indonesia, Nazihah menyebut bahwa tak melulu berbahan dasar daging gulung, kebab Turki juga biasa dihidangkan dalam bentuk irisan daging besar yang dicampur dengan yogurt.


“Kalau kita kebab itukan daging gulung aja. Kalau di sini, daging ditata di piring dikasih bumbu yogurt. Mereka dibikin kofte daging giling seperti perkedel kentang gitu,” bebernya.


“Jarang dibuat sate. Mungkin hanya kita aja orang Indonesia di sini yang membuat sate dengan daging kurban,” pungkasnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin