Nasional

Perjalanan Tokoh NU Menjadi Cawapres sejak Pilpres 2004

Jum, 7 Juli 2023 | 10:00 WIB

Perjalanan Tokoh NU Menjadi Cawapres sejak Pilpres 2004

Logo Nahdlatul Ulama. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Nahdlatul Ulama (NU) menjadi organisasi massa Islam yang menyimpan banyak potensi elektoral. Tak heran kalau sejak dulu NU selalu menjadi salah satu organ terpenting untuk mendulang suara dalam setiap Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pemilihan Presiden (Pilpres).


Selain memiliki jutaan warga yang mengakar sampai ke tingkat desa, NU juga punya banyak tokoh intelektual yang memiliki kapasitas untuk masuk ke dalam pemerintahan. Sejak Pilpres atau Pemilu dilakukan terbuka, pada 2004, tokoh NU hampir tak pernah absen untuk meramaikan kontestasi dan mengisi jabatan strategis di negeri ini. Jatuh bangun kader dan tokoh NU dari masa ke masa, layak mendapat apresiasi.


Pilpres 2004

Pada Pilpres 2004, terdapat lima pasang calon presiden dan wakil presiden. Inilah Pilpres pertama dengan pasang calon terbanyak, sepanjang sejarah perjalanan Pilpres terbuka di negeri ini. Dari lima pasang calon presiden dan wakil presiden itu, terdapat tiga kader atau tokoh NU yang menjadi kontestan.


Mereka adalah KH Salahuddin Wahid (berpasangan dengan Wiranto), KH Hasyim Muzadi (berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri), dan Hamzah Haz (berpasangan dengan cawapres Agum Gumelar). Dua pasang lainnya adalah Amien Rais-Siswono Yudo Husodo dan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. 


Pilpres 2004 ini berlangsung dua putaran. Putaran pertama digelar pada 5 Juli 2004. Sebanyak 122,2 juta orang menggunakan hak pilih dari total 153,3 juta orang pemilih terdaftar. Kemudian dari total jumlah suara, sebanyak 97,84 persen atau 119,6 juta suara dinyatakan sah. 


Pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid memperoleh 26.286.788 suara (22,15 persen), Megawati-Kiai Hasyim Muzadi mendapat 31.569.104 suara (26,61 persen), Amien Rais-Siswono Yudo Husodo 17.392.931 suara (14,66 persen), SBY-JK 39.838.184 (33,57 persen), dan Hamzah Haz-Agum Gumelar 3.569.861 (3,01 persen). 


Dari perolehan suara tersebut, tak satu pun pasangan mendapat suara lebih dari 50 persen sehingga dilakukan Pilpres putaran kedua yang diikuti oleh dua pasangan dengan perolehan suara tertinggi yakni SBY-JK dan Mega-Hasyim. Di putaran kedua ini, perolehan suara Mega-Hasyim (44,9 juta/39,38 persen) tak lebih banyak dari pasangan SBY-JK (69,2 juta/60,62 persen). 


Kemudian SBY-JK membentuk kabinet yang diberi nama Indonesia Bersatu, pada 21 Oktober 2004. Di dalam kabinet ini, terdapat sejumlah kader dan tokoh NU yang dilibatkan untuk menjadi menteri.  


Di antara menteri-menteri yang merupakan tokoh NU adalah Alwi Shihab (Menko Kesra), Erman Suparno (Menakertrans), Muhammad Maftuh Basyuni (Menag), Mohammad Nuh (Menkominfo), Suryadharma Ali (Menkop UKM), dan Saifullah Yusuf (Menteri PDT). 


Pilpres 2009 

Kader atau tokoh NU absen dalam Pilpres 2009. Kali ini, ada tiga pasang calon presiden-wakil presiden. Hampir semua kontestan merupakan tokoh yang pernah mengikuti Pilpres pada periode sebelumnya. Mereka adalah SBY-Boediono, Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto. 


Pilpres yang digelar pada 8 Juli 2009 ini berhasil dimenangkan oleh pasangan SBY-Boediono dengan perolehan 73,8 juta suara atau 60,8 persen. Sementara Mega-Prabowo hanya 32,5 juta suara (26,79 persen) dan JK-Wiranto 15 juta suara (12,41 persen). Dari total 176.367.056 jiwa yang terdaftar sebagai pemilih, terdapat 72,56 persen (127,9 juta orang) yang hadir untuk memilih. 


Meskipun tak ikut dalam kontestasi Pilpres, tetapi sejumlah tokoh dan kader NU masuk dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II yang dibentuk pada 22 Oktober 2009 di bawah kepemimpinan SBY-Boediono. 


Di antara tokoh NU yang masuk dalam jajaran kabinet adalah Muhaimin Iskandar (Menakertrans), Mohammad Nuh (Mendiknas), Suryadharma Ali dan Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama), serta Helmy Faishal Zaini (Menteri PDT). 


Pilpres 2014

Pada Pilpres yang digelar pada 9 Juli 2014 ini, lagi-lagi tak ada nama tokoh NU yang menjadi kontestan. Kali ini, hanya ada nama dua pasang calon presiden-wakil presiden yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. 


Jumlah kehadiran pemilih sebanyak 134,9 juta atau 69,58 persen dari total jumlah pemilih terdaftar sebanyak 190,3 juta jiwa. Pasangan Jokowi-JK unggul dengan 53,15 persen (70,9 juta pemilih), mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang memperoleh suara 46,85 persen atau 62,5 juta pemilih. 


Setelah dinyatakan menang, Jokowi-JK membentuk Kabinet Kerja pada 27 Oktober 2014. Di Kabinet Kerja ini terdapat beberapa nama tokoh NU yang dilibatkan untuk menjadi menteri di bawah pemerintahan Jokowi-JK. 


Beberapa nama tokoh atau kader NU yang menjadi menteri adalah Hanif Dhakiri (Menaker), Marwan Ja’far dan Eko Putro Sandjojo (Mendes PDTT), Mohamad Nasir (Menristekdikti), Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial), Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama), serta Imam Nahrawi (Menpora). 


Pilpres 2019

Kali ini, Jokowi maju sebagai petahana. Ia menggandeng tokoh ulama kenamaan di negeri yaitu KH Ma’ruf Amin yang sedang mengemban amanah sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Kiai Ma’ruf pun mundur sebagai rais aam PBNU pada 22 September 2018 untuk mengikuti Pilpres 2019 menghadapi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.


Kehadiran pemilih pada Pilpres 2019 ini mencapai 81,97 persen atau 158 juta jiwa dari 190,7 juta orang yang terdaftar sebagai pemilih. Dari total pemilih itu, pasangan Jokowi-Ma’ruf mendapat 55,5 persen atau 85,6 juta pemilih. Mereka mengalahkan pasangan Prabowo-Sandi yang memperoleh 68,6 juta atau 44,5 persen. 


Kemudian Jokowi-Ma’ruf membentuk Kabinet Indonesia Maju pada 20 Oktober 2019. Beberapa jajaran menteri kabinet, terdapat sejumlah nama tokoh atau kader NU di dalam pemerintahan yang akan berakhir pada 2024 mendatang. 


Beberapa di antara nama-nama tokoh NU itu adalah Mohammad Mahfud MD (Menko Polhukam), Ida Fauziyah (Menaker), Abdul Halim Iskandar (Mendes PDTT), Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi), Abdullah Azwar Anas (Menpan-RB menggantikan Tjahjo Kumolo), dan Erick Thohir. 


Pilpres 2024

Di Pilpres 2024 mendatang, sejumlah nama kader atau tokoh NU kembali mencuat untuk menjadi bakal calon wakil presiden. Saat ini sudah ada tiga nama bakal calon presiden yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. 


Namun dari ketiga bakal calon presiden itu, hingga kini belum memutuskan siapa bakal cawapres yang akan mendampingi mereka di kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Berbagai survei mencatat peluang atau kemungkinan tokoh NU menjadi bacawapres bagi masing-masing bacapres itu. 


Dalam sejumlah survei, nama-nama tokoh NU yang muncul sebagai kandidat terkuat untuk menjadi bacawapres antara lain Erick Thohir, Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Abdul Muhaimin Iskandar, KH Said Aqil Siroj, dan KH Yahya Cholil Staquf.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad