Nasional

Pernyataan Sikap Majelis-majelis Buddha atas Krisis di Myanmar

NU Online  ·  Senin, 4 September 2017 | 12:47 WIB

Jakarta, NU Online
Tragedi kekerasan kembali meletus pekan lalu di Rakhine, Myanmar. Konflik yang melibatkan minoritas Muslim Rohingya, tentara militer Myanmar, dan kelompok mayoritas penganut Buddha itu berakibat pada penghilangan nyawa, pembakaran rumah tinggal, dan puluhan ribu etnis Rohingya mengungsi ke negara tetangga.

Krisis kemanusiaan yang terjadi di Rahine, Myanmar, mengundang kepihatinan banyak pihak dari berbagai belahan dunia, termasuk para tokoh agama Buddha di Indonesia.

Para pimpinan majelis agama Buddha di Indonesia telah melakukan pertemuan di Jakarta dan merumuskan sepuluh butir pernyataan sikap atas apa yang mereka sebut sebagai konflik sosial dan kemanusiaan itu.

Berikut 10 butir pernyataan sikap tersebut yang dipublikasikan :

Pernyataan sikap pimpinan Majelis-majelis Agama Buddha Indonesia terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar.

Krisis dan kekerasan kembali terjadi di Rakhine, Myanmar. Baik masyarakat sipil maupun militer, menjadi korban secara fisik maupun psikis. Secara khusus komunitas masyarakat sipil terdampak sangat signifikan di tengah konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok bersenjata.

Melihat eskalasi dari krisis dan konflik kekerasan yang terjadi tidak kunjung mereda dan berdampak buruk, maka dengan ini kami Pimpinan Majelis-majelis Agama Buddha Indonesia menyatakan:

1. Keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar, yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian moril serta amateril yang besar, bukanlah konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan.

2. Menumbuhkan solidaritas kemanusiaan atas krisis Rakhine, Myanmar, dengan mengedepankan sikap cinta kasih bahwa korban atau pun masyarakat yang terdampak adalah sama-sama manusia yang setara dan serasa di hadapan Tuhan.

3. Menghentikan kebencian dan tindak kekerasan agar tidak semakin memperparah kerusakan yang diakibatkan.

4. Mendesak Pemerintah Myanmar untuk memberikan perlindungan, bantuan dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine.

5. Menolak segala bentuk provokasi untuk memperluas dan membawa isu konflik dan krisis Rakhine, Myanmar, ke Indonesia yang dapat mengganggu kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.

6. Mengimbau masyarakat Indonesia untuk dapat menyaring informasi yang beredar melalui media sosial, dan tidak terprovokasi untuk menyebarkan kebencian. Kami sangat mengharapkan kepada Cyber Crime Polri dan BIN agar mendeteksi informasi yang berbentuk provokasi agar tidak tersebar ke masyarakat.

7. Kami sangat mengharapkan Pemerintah Indonesia menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang dan aman, serta menjamin keamanan terhadap rumah ibadah yang berada di Indonesia.

8. Sangat perlu diingat bahwa tidak ada agama yang dapat dikaitkan dengan aksi terorisme, karena aksi keji tersebut sama sekali tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Kejadian ini harus dapat menjadi pendorong bagi bersatunya umat beragama di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

9. Kami menghimbau seluruh umat beragama, khususnya umat Buddha untuk tidak terprovokasi. Sebagai umat beragama sudah selayaknya kita bersama-sama menjaga kerukunan dan perdamaian di Indonesia serta di seluruh dunia.

10. Kami umat Buddha Indonesia yang menjunjung tinggi kerukunan dan perdamaian menyampaikan rasa empati atas penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita pengungsi Rohingya, dan masyarakat di Rakhine, Myanmar, untuk itu kami berdoa agar penderitaan ini segera berakhir.

Demikian Pernyataan Sikap kami. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah nan luhur kepada seluruh umat manusia.

Semoga semua Makhluk hidup berbahagia.

Jakarta, 30 Agustus 2017

Surat pernyataan ini ditandatangani oleh 16 tokoh yang merupakan para bikkhu dan pimpinan organisasi Buddha tingkat pusat, antara lain dari Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Indonesia, Sangha Agung Indonesia, Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia, Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia, Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, dan lain-lain. Sepuluh poin pernyataan sikap tersebut juga dipublikasikan di situs Bimas Buddha Kemenag. (Red: Mahbib)