Nasional

Perselingkuhan Politik dan Agama Hanya Berujung Darah

Ahad, 11 November 2018 | 08:30 WIB

Perselingkuhan Politik dan Agama Hanya Berujung Darah

Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh (foto: news.detik.com)

Jakarta, NU Online
Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegabriel mengingatkan bahwa perselingkuhan politik dan agama hanya akan berujung pada mengalirnya darah.

"Perselingkuhan politik dan agama ujungnya hanya satu Mas, darah," katanya saat menjelaskan isi buku karyanya yang berjudul Negara Tuhan kepada wartawan detik.com yang tersiar melalui vidio dalam 20 Detik Com pada Sabtu (10/11),

Para pengamat Timur Tengah, kata Agus, menyebut gerakan itu sebagai al-harokah al-damawiyah, yakni gerakan bau anyir darah. Sebuah gerakan yang hanya paham satu bahasa yaitu bahasa darah. Darah itu, lanjutnya, adalah bahasa kekerasan.

Hal ini bermula dari pembajakan teks-teks suci keagamaan. Jamaah Islamiyah di Mesir, misalnya, yang dimotori oleh Umar Abdurrahman. Selain itu, bendera al-Ikhwan al-Muslimun juga menggunakan ayat Al-Qur'an.

"Sering dibakar karena ayat di situ sering dipolitisasi," terangnya.

Terkait dengan bendera bertuliskan lafal kalimat tayyibah, Agus mengingatkan agar jangan sampai ada pembajakan terhadap kalimah tersebut. Sebab, hal itu merupakan sesuatu yang sakral dalam Islam.

"Jangan mengulang krisis kemanusiaan yang beraroma darah ketika Ali harus dibunuh ketika itu," tegasnya.

Sayyidina Ali karrammallahu wajhah pernah didemo oleh sekelompok orang menggunakan ayat al-Qur'an, inil hukmu illa lillah, tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Orang-orang demikian, menurutnya, termasuk ke dalam golongan God Sovereignty, kedaulatan Tuhan.

Saat itu, Sayyidina Ali menjawab, kata-katamu indah tapi agendamu busuk, kalimatu haqqin yuradu biha bathilun, sebuah jargon indah untuk kepentingan yang busuk.

"Saya tidak ingin ada politisasi, tasyis, kalimah tayibah," ujar pria yang 27 tahun menjadi akademisi di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu.

Politisasi kalimat tayibah, katanya, juga dilakukan oleh al-Daulah fi al-Iraq wa al-Syam (Daisy/ISIS) dengan bentuk font yang berbeda. Al-Qaeda juga, lanjutnya, melakukan hal serupa. Sebab, dulu, ia sering masuk ke Afganistan yang akhirnya melahirkan buku Negara Tuhan.

Oleh karena itu, alumnus Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak ini, menyampaikan agar Indonesia tidak seperti negara-negara konflik di Timur Tengah. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa agama Islam harus dijadikan sebagai agama perdamaian, agama keadilan, dan agama yang penuh cinta.

"Ini yang kita akan lakukan bersama Saudi, spreading peace for all, menyebarkan damai untuk semua bangsa," pungkasnya. (Syakir NF/Muiz)