Nasional HARLAH NU

Pesan Dua Menteri dalam Apel Akbar

Kam, 16 Mei 2013 | 09:01 WIB

Yogyakarta, NU Online
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh dan Menteri Agama Suryadharma Ali menyampaikan banyak hal tentang kurikulum 2013 kepada warga Nahdliyin dalam Apel Akbar di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Rabu (15/5) kemarin.<>

M. Nuh menyampaikan bahwa ke depan, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU harus memiliki komitmen yang tinggi dalam menghadapi tantangan. Setidaknya, terdapat dua hal harus dimiliki oleh generasi muda NU ke depan.

Pertama, kemampuan berpikir tinggi. Karena hanya orang-orang yang memiliki kemampuan berfikir tinggi, yang akan bisa menyelesaikan permasalahan ke depan. 

Kedua, moralitas. Saat ini, interaksi sosial telah kering karena hilangnya tata karma dan rendahnya budi pekerti. “Pentingnya sikap dan akhlak itulah yang akan diwujudkan di dalam kurikulum 2013,” ujarnya. 

Ia memandang, bahwa peran pendidikan adalah sebagai vaksin sosial. yakni untuk mengobati penyakit sosial paling berbahaya, seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan mental. 

“Lantas, apa vaksin sosialnya? Pendidikan, sekolah, madrasah, dan pondok pesantren,” tegasnya. 

M. Nuh juga memuji sosok guru Ma’arif NU yang begitu sederhana dan tidak pernah menuntut. Sehingga ia pun mengatakan bahwa guru Ma’arif NU itu merupakan kunci surga. “Tapi meskipun kunci surga, belum tentu bisa membuka dan masuk surga,” kata M. Nuh yang segera diikuti gelak tawa peserta apel. 

Ia menyampaikan tiga cara agar pintu surga bisa terbuka. Pertama, mengetahui lubangnya, yang diartikan bahwa guru harus tau tempatnya. Kedua, kunci itu tak akan bisa masuk jika tidak dimasukkan. Hal itu diartikan bahwa guru harus bisa berikhtiar.

Ketiga, meskipun telah terbuka dan bisa masuk surga, belum tentu kedatangannya dapat diterima oleh penghuni surga yang lain. Maka hal itu diartikan bahwa guru harus memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik dengan orang lain, agar keberadaannya bisa diterima. 

Sedangkan Menteri Agama Suryadharma Ali, dalam orasinya menyampaikan tentang prinsip-prinsip yang harus ditegakkan dalam pendidikan. Yakni, guru harus dihormati, pembangunan kultur yang baik, dan jadikan orangtua sebagai mitra pendidikan. 

Selain itu, ia menjelaskan mengapa harus ada perubahan kurikulum. Dikatakannya bahwa kurikulum itu menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Dan terkait kurikulum 2013, ia menjelaskan, kurikulum baru ini adalah jawaban terhadap kelemahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya. Kelemahan di dalam kurikulum sebelumnya atau KTSP adalah kurangnya penanaman nilai pada siswa. 

Mantan ketua umum PB PMII ini mengatakan bahwa kurikulum adalah transformasi paling ideal, sebagai pendorong utama dalam proses menjadi insan kamil dan mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki jiwa produktif dan inovatif.

Maka dari itu, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam kurikulum 2013, pelaksanaannya tetap harus didukung. “Kita perlu mencoba sesuatu yang dirasa lebih baik dari sebelumnya. Karena kemajuan berawal dari teori-teori yang tidak lepas dari evaluasi dan pengawasan dalam prakteknya,” paparnya.

Karenanya, ia berharap agar LP Ma’arif NU turut serta bertanggungjawab dalam menciptakan generasi yang bermartabat demi keunggulan Indonesia. “Karena peranan pendidik NU itu sudah sangat jelas. Dimulai dari penanaman nilai yang mulia dalam bersaing dan bermartabat. Guru-guru NU adalah guru-guru pejuang,” tandasnya.

Ia juga mengingatkan akan peran guru yang sangat penting dalam kurikulum, yakni sebagai penyelaras, pengembang, dan peneliti. Ia pun memuji peran guru-guru NU yang tidak ringan. “Selain mengajar, mereka juga dituntut untuk mengembangkan aswaja. Mereka dituntut pula untuk membangun generasi yang bermartabat tinggi,” tegasnya di akhir sesi.


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Dwi Khoirotun Nisa’