Nasional

Pesan Kiai Miftah dan Syair Kiai Zulfa saat Maulid Nabi di Lamongan

Jum, 7 Oktober 2022 | 11:45 WIB

Pesan Kiai Miftah dan Syair Kiai Zulfa saat Maulid Nabi di Lamongan

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan Haul Ke-74 KH Musthofa serta Masyayikh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). (Foto: istimewa)

Lamongan, NU Online

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan untuk memahami ilmu pengetahuan harus didampingi dengan kecerdasan otak dan spiritual. Kiai Miftah menyebutkan di dalam Al-Qur'an Surat Al Alaq ayat 1-5 dijelaskan kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw.


Kata 'Iqra' di dalam Surat Al-Alaq yang artinya bacalah atau membaca, mengandung makna yang bukan hanya sekadar bacalah dan membaca, namun ada makna lain yang terkandung di dalamnya.


"Makna yang terkandung di dalamnya tidak hanya baca dan membaca, melainkan mengandung makna tentang pendidikan dan pengajaran yang sangat tinggi nilainya," kata Kiai Miftah saat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw dan Haul Ke-74 KH Musthofa serta Masyayikh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022).


Kiai Miftah meneruskan bahwa agama Islam merupakan bagian dari pengetahuan. Pengetahuan tersebut bukan sekadar membaca dan mengamati tulisan dan lambang, melainkan harus mampu membaca ayat-ayat kauniyah.


Sementara itu Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa menjelaskan bahwa peringatan atau haul adalah satu tradisi kearifan lokal di Indonesia, khususnya yang dimiliki masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai organisasi keagamaan, NU sebagai mayoritas tidaklah berdiri sendiri. Ada organisasi keagaamaan yang lain yang hidup berdampingan dan beriringan dengan NU di Indonesia.


Kiai Zulfa berpesan, karena NU sebagai mayoritas maka kemampuan komunikasi Nahdliyin sangat penting agar mampu menjelaskan NU itu seperti apa, mulai dari fikrah, harakah, dan ghirah-nya. 


Fenomena yang terjadi saat ini, menurut Kiai Zulfa, kebanyakan orang ingin praktis dalam mengaji ilmu dari Google dan YouTube. "Lah itu bahaya kalau asal comot saja," ujarnya.


Kiai Zulfa menjelaskan dengan syairnya, "Alangkah bahayanya orang-orang yang mengambil ilmu dari tokoh/orang yang populer di Google maupun YouTube, karena mereka hanya menjawab pertanyaan, tanpa dari referensi sanad keilmuan yang jelas."


Padahal, lanjut Kiai Zulfa, ada dua kelebihan ulama Indonesia. Pertama, sanad keilmuan jelas. Kedua, ulama Indonesia memiliki kemampuan hebat membaca realitas di masyarakat dengan dalil agama dan mengontektualisasikan nas-nas dalam alquran dan hadits sesuai dengan realitas yang terjadi Indonesia, sehingga tidak kaku dan mampu fleksibel.


Ia juga berpesan kepada jamaah agar jangan menjadikan agama sebagai sumber masalah, permusuhan atau bahkan perpecahan. "Tapi jadikan agama sebagai solusi untuk kehidupan," tegasnya.


Kontributor: Muhammad Nur Rofiq, Dewi Purnamasari
Editor: Kendi Setiawan