Nasional MODERASI BERAGAMA

Pesantren Motivasi Indonesia, Oase Keberagaman di Bumi Patriot Bekasi

Sab, 13 November 2021 | 06:30 WIB

Pesantren Motivasi Indonesia, Oase Keberagaman di Bumi Patriot Bekasi

Ruang diskusi lintasi iman di cafe yang terletak di Pesantren Motivasi Indonesia (PMI) Bekasi. (Foto: NU Online/Suci Amaliyah)

Memasuki Kampung Cinyosog, Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terdapat sebuah bangunan sekolah dengan arsitektur modern berbasis pesantren schooling bernama Pesantren Motivasi Indonesia (PMI) atau dikenal dengan nama lain, Istana Yatim Nurul Mukhlisin.


Pesantren yang berdiri di area 7.000 meter persegi ini diasuh oleh KH Ahmad Nurul Huda Haem, salah seorang pengurus di Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Pesantren modifikasi salaf (tradisional) dan khalaf (modern) ini juga dikenal memiliki thariqatul khidmah atau tarekat pelayanan.


Pesantren yang didirikan sembilan tahun silam tepatnya 17 Februari 2012 merupakan oase kehidupan di tengah keragaman yang ada di bumi Bekasi. Meski keberadaanya di tengah-tengah perkampungan, namun pesantren ini banyak dikunjungi oleh berbagai golongan dan keyakinan sekadar silaturahmi maupun membuka ruang diskusi kebangsaan dan keindonesiaan. Hingga saat ini pesantren terus membuka ruang dialog bersama lintas agama dan lintas iman.


Pentingnya pelayanan ini kemudian menjadi tagline dari Pesantren Motivasi Indonesia, yakni love all serve all (mencintai semua, melayani semua). Mencintai kemanusiaan secara total dan melayani kemanusiaan juga dengan penuh sungguh. Tidak heran jika para santri di sini dididik untuk menumbuhkan rasa cinta laiknya keluarga dan memberikan layanan terbaik kepada sesama tanpa pandang bulu.

 

Pesantren Motivasi Indonesia sebagai salah satu wadah anak-anak yatim terus menjaga dan membuka ruang dialog keberagaman anak bangsa. (Foto: NU Online/Suci Amaliyah)


Pendidikan Toleransi Ubah Cara Pandang

Pesantren ini selalu menekankan kepada para santrinya pentingnya toleransi. Tiga hal yang selalu disampaikan pengasuh pesantren, Kiai Enha ketika memberikan wejangan kepada para santri yakni sikap at-tawazun atau seimbang dalam segala hal. 


Kedua, sikap at-tawassuth atau tengah-tengah, moderat, tidak ekstrem kiri atau pun ekstrem kanan. Ketiga, sikap tasamuh atau toleransi. Yakni, menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. 


Pesantren Motivasi Indonesia juga menjadikan tur studi lintas agama sebagai program tahunan. Selain program tersebut, tak jarang pondok pesantren ini mendapatkan undangan dari lembaga gereja untuk berpartisipasi mengikuti program acara yang diadakan mereka.


Pengalaman berinteraksi dengan penganut agama yang berbeda sedikit banyak mengubah cara pandang santri yang mengikuti kegiatan tersebut. Adinda Islamiah salah satunya santri perempuan berasal dari Bekasi.


Saat ditemui NU Online di Pondok Pesantren Motivasi Indonesia Bekasi, Jumat (12/11/2021), Dinda mengungkapkan pendidikan toleransi di Pondok Pesantren Motivasi Indonesia bukan sekadar retorika. Lewat program camp lintas agama misalnya, para santri diajak untuk mengenal arti kerukunan, menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. 


Dinda mengaku bahwa output program camp tersebut mampu mengubah cara pandang para santri agar tidak mendiskriminasi terhadap siapa pun dengan latar belakang apa pun bahkan hubungan semakin terjalin baik dengan mereka yang berbeda agama. “Toleransi itu tidak cukup hanya dengan teori, tetapi juga perlu praktik,” jelasnya.


Sudut pandang lain juga disampaikan Pendeta William Alexander Hendarmin dari Gereja Kristen Pasundan. Ia mengaku takjub melihat model pesantren seperti Pesantren Motivasi Indonesia. 


Camp lintas iman yang diselenggarakan oleh Pesantren Motivasi Indonesia. (Foto: NU Online/Suci Amaliyah)

 

Dari sisi para santri dan pengasuh ia melihat keterbukaan dan keramahan contohnya ketika ia pertama kali berkunjung pada 2018 lalu dan diperkenalkan sosok Kiai Enha. “Dari sosok Ayah Enha, saya belajar bahwa modernisasi dan mengikuti perkembangan zaman penting dilakukan selama tidak mencederai nilai-nilai keimanan yang kita anut,” kata William.


Semakin seseorang menyesuaikan konteks dan kondisi kekinian maka keimanan pun membumi dalam pengejawantahan-Nya. Selain itu, keterbukaan dengan yang lain menjadi penting sebab kemajemukan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. 


Pihaknya juga bersyukur bisa berkunjung ke Pesantren Motivasi Indonesia sebab memiliki wawasan baru model pesantren yang tidak melulu bernuansa tradisional tetapi juga modern. Hal ini terlihat jelas dari desain dan tampak luar bangunan Pesantren Motivasi Indonesia.


“Ini menjadi pembelajaran bagi saya dikekristenan bahwa soal keimanan bukan cuma sekedar hafalan ayat-ayat suci tetapi juga memberlakukan dalam lini kehidupan,” ucapnya.


Program Islamic Studies

Seperti kebanyakan pondok pesantren lain yang selalu menggembleng para santrinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berhulu sekaligus bermuara pada tatanan keislaman. Hal sama juga dilakukan Pesantren Motivasi Indonesia.


Salah seorang pengajar, M. Shofiyulloh menerangkan Pesantren Motivasi Indonesia memiliki program Islamic Studies yang kurikulumnya memuat peta perjuangan Islam, perjalanan Islam, histori Islam yang toleran. 


Santri juga dibebaskan membaca buku genre apa pun dan ketika menemui kejanggalan dalam isi buku tersebut maka para santri akan dibimbing oleh mentor-mentornya. Pesantren juga miliki program penelitian lintas agama yang diperuntukkan bagi santri kelas akhir. Mereka akan menulis keberagaman yang ada di Kampung Sawah selama satu minggu.


Penguatan Kebangsaan dan Persaudaraan

Untuk menguatkan persaudaraan Pesantren Motivasi Indonesia mengikuti program camp kebangsaan bersama lintas agama tujuannya untuk penanaman kedisplinan, persaudaraan, saling membantu antar sesama. Tidak heran jika para santri kerap diminta tampil mengisi diberbagai gelaran lintas agama. 


Program lainnya yakni Living Pesantren. Program ini, kata Shofiyulloh, biasanya menghadirkan pemuda dari Gereja Cijantung, Paroki dan gereja lain tujuannya untuk mengenal kehidupan sehari-hari para santri selama tiga hari. Ia menjelaskan bahwa Pesantren Motivasi Indonesia selalu dipercaya menjadi tuan rumah sebuah acara yang menghadirkan berbagai komunitas lintas iman.


Pesantren Sadar Budaya

Salah satu cara memperkenalkan keragaman budaya di Indonesia, Pesantren Motivasi Indonesia membuka sanggar tari dengan pelatih profesional dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Pesantren Motivasi Indonesia tergerak memperkenalkan keragaman budaya Nusantara lewat tarian.


Lewan tarian para santri mengenal sejarah dan karakteristik budaya masing-masing daerah meskipun tergolong baru bagi dunia pesantren salaf, namun efektif dalam menumbuhkan spirit nasionalisme berbasis pesantren.


Santri juga difasilitasi beragam alat musik, studio podcast, dan panggung pertunjukan yang megah. Setiap Sabtu malam, masing-masing kelompok santri memperesentasikan penampilan menarik sebagai wujud pengembangan potensi diri. Salah satunya alat musik Kolintang asal Minahasa yang dipelajari para santri sebagai ikhtiar turut serta melestarikan legacy (warisan) budaya bangsa. 


Ruang ekspresi seni dan budaya bagi para santri di Pesantren Motivasi Indonesia. (Foto: NU Online/Suci Amaliyah)

 

Pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia yang tak lain adalah istri Kiai Enha, Nyai Nunung Umi Kalsum mengatakan, di sini santri diberikan hak-haknya untuk bermain musik supaya mengasah kehalusan budi. 


Lebih dari itu musik juga bisa menjadi media dakwah para santri sekaligus menjaga warisan budaya leluhur agar tidak diambil atau diakui negara lain. Alat musik jelas tidak punya agama sebab itu tidak punya hukum, legitimasi hukumnya bila disematkan pada satu niat dan perbuatan tertentu.


Selain belajar dan bermain bersama, santri juga ditanamkan nilai kemandirian dan ketangguhan. Di kelas tertentu santri juga diminta untuk masuk kelas pengabdian dan pembekalan sebelum terjun di masyarakat serta modal utama untuk melangkah pada kehidupan nyata.


Penulis: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad

 

Konten ini hasil kerja sama NU Online dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI