Nasional HARLAH KE-101 NU

Pidato Lengkap Gus Yahya dalam Harlah Ke-101 NU di Yogyakarta

Rab, 31 Januari 2024 | 12:30 WIB

Pidato Lengkap Gus Yahya dalam Harlah Ke-101 NU di Yogyakarta

Gus Yahya saat pidato dalam Resepsi Harlah Ke-101 NU di UNU Yogyakarta, Rabu (31/1/2024). (Foto: NU Online/Lukman)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan pidato sambutan dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-101 Nahdlatul Ulama 1344-1445 H di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Rabu, 31 Januari 2024. 


Berikut adalah transkripsi pidato Gus Yahya dalam Harlah Ke-101 NU yang mengangkat tema Memacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia.


***


Assalāmualaikum warahmatullāhi wabarakātuh. 


Alhamdulillāh wa syukrulillāh, was shalātu was salāmu alā Rasūlillah Sayyidina wa Maulana Muhammad ibni Abdillah, wa 'alā ālihii wa shahbihi wa man wālāh. Amma ba’ad.


Yang saya hormati Bapak Presiden Republik Indonesia Ir H Joko Widodo. Yang Mulia Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akyar. Yang kami hormati Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X. Honorable Minister of Energy and Infrastructure of the United Arab Emirates (UEA) Suhail bin Mohammed Al Mazrouei. My dear brother, Honorable Ambassador of UEA to Indonesia His Excellency Abdulla (Salem) Al Dhaheri. Yang mulia Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab Pak Husin Bagis. 


Yang saya hormati Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia sekaligus wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Anwar Iskandar. Yang saya hormati para menteri Kabinet Indonesia Maju yang hadir. Yang saya hormati delegasi dari Uni Emirat Arab, di antaranya Rektor MBZ University for Humanities yang hadir bersama kita pagi hari ini. 


Yang saya hormati para hadirin dan hadirat. Ada pasangan yang sangat pas yang hadir juga hari ini: Kepala Kepolisian Republik Indonesia Bapak Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Bapak Agus Subiyanto. Dan juga hadir para utusan dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama seluruh Indonesia – alhamdulillah – dan jajaran lengkap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. 


101 tahun yang lalu, pada saat diresmikan berdirinya jam'iyah Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh Kiai Muhammad Hasyim Asy'ari menyampaikan pesan dalam pidato beliau. Beliau mengatakan, bahwa yang paling penting di dalam masyarakat adalah kebersatuan di dalam persaudaraan. Bahwa masyarakat yang bersatu dalam persaudaraan akan tumbuh menjadi masyarakat yang kuat.


Lebih lanjut pada Muktamar Ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang terpilih pada waktu itu, Kiai Ahmad Shiddiq, meletakkan dasar-dasar kerangka keagamaan mengenai trilogi persaudaraan, yaitu persaudaraan Islam antara sesama Muslim atau ukhuwah Islamiyah, persaudaraan di antara anak-anak sebangsa atau ukhuwah wathaniyah, dan persaudaraan kemanusiaan atau ukhuwah basyariyah. Selama 101 tahun ini, persaudaraan, kebersamaan, perdamaian, toleransi, dan harmoni, terus-menerus menjadi penanda yang paling kuat dari kehadiran Nahdlatul Ulama. 


Hadir juga bersama kita hari ini, wakil dari keluarga Kiai Ahmad Shiddiq, yaitu KH Balya Firjaun Barlaman, salah seorang putra beliau. Saya mohon berdiri, Gus. Ia nanti akan menerima penghargaan atas nama keluarga yang akan kami persembahkan kepada Kiai Ahmad Shiddiq atas jasa-jasa beliau. 


Hingga saat ini dan insyaallah untuk selama-lamanya, tekad Nahdlatul Ulama tidak akan pernah luntur untuk terus mengabdi kepada bangsa yang kita cintai ini dan mengabdi kepada kemanusiaan sekuat-kuatnya. 


Bangsa Indonesia sedang menghadapi momentum yang sangat menentukan untuk masa depannya. Begitu banyak tantangan. Dan pada saat yang sama begitu banyak modal keunggulan yang apabila kita di-tasharruf-kan, dipergunakan secara strategis dengan sebaik-baiknya, insyaallah mampu dijadikan modal untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Ini adalah momentum saat-saat yang sangat krusial, sangat menentukan untuk masa depan ke Indonesia. 


Maka Nahdlatul Ulama juga tidak akan berpangku tangan. Akan sungguh-sungguh berupaya ikut menyumbang kepada maslahat bangsa dan negara yang kita cintai ini, agar kita pastikan bersama-sama bahwa menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Indonesia menang. 


Di antara ikhtiar yang sedang dikembangkan saat ini adalah tempat kita berkumpul ini, yaitu Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. 


Saya harus berterus terang bahwa Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dengan pengembangan yang seperti sekarang ini, yang merupakan, yang diselesaikan dalam 2 tahun, tapi saya kira merupakan lompatan lebih dari 50 tahun untuk ukuran Universitas Nahdlatul Ulama.


Dan saya harus akui terus terang di sini bahwa ini dimulai dari visi pribadi Presiden Joko Widodo. Beliau yang menggagas tentang bagaimana membantu Nahdlatul Ulama lebih siap menghadapi masa depan. Bahkan menyumbang secara lebih strategis untuk masa depan dengan mengembangkan Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta ini menjadi sedemikian rupa.


Untuk kita semua yang tahu bagaimana rupa UNU Jogja sebelum ini, saya kira setuju dengan saya, bahwa ini adalah wajah yang seharusnya baru 50 tahun lagi baru kita lihat, tapi sudah kita bisa lihat dalam hanya 2 tahun ini saja. 


Presiden Joko Widodo bahkan kemudian mengajak Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk ikut serta di dalam upaya membangun Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta ini, sehingga Ngarsa Dalem juga memberikan sumbangan yang luar biasa, yang sangat mendasar. 


Dan Presiden Joko Widodo tidak berhenti di situ saja. Presiden juga mengajak saudara beliau, yang mulia Presiden Uni Emirat Arab Syekh Muhammad bin Zayed untuk ikut membantu Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta ini.


Hari ini kita telah menyaksikan bagaimana rupa masa depan yang telah kita persingkat kedatangannya untuk NU ini. 


Dan bahkan nanti juga akan kita mulai langkah yang lebih jauh lagi melalui kick off dimulainya pembangunan Muhammad bin Zayed College of Future Studies, yang ini nanti, saya dengar dalam rencananya akan diselesaikan dalam waktu yang bahkan lebih cepat lagi, dengan lompatan yang jauh lebih ke depan lagi, mungkin 100 atau 150 tahun ke depan, insyaallah. 


Tidak lain yang kami bisa sampaikan selain terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden Joko Widodo, Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X, kepada Pemimpin Uni Emirat Arab yang mulia Syekh Muhammad bin Zayed, dan kepada seluruh sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta yang telah berjuang dengan sangat keras untuk betul-betul mewujudkan visi yang telah dicanangkan. 


Semoga dengan ini, Bapak Presiden, kami sengaja mengundang para pengurus NU dari seluruh Indonesia dan para kiai dari seluruh Indonesia untuk ikut hadir dalam kesempatan ini, supaya bisa melihat mimpi tentang masa depan itu seperti apa. Karena biasanya mimpinya ini mimpi yang hanya sehari dua hari ke depan, itu saja mimpi tentang tagihan utang, [Hadirin tertawa] biasanya itu. Nah, sekarang kita perlihatkan bagaimana gambar tentang mimpi masa depan. 


Ini semua penting sekali supaya kita sungguh-sungguh membulatkan tekad untuk mengawal kemenangan Indonesia.


Terima kasih.


Wallāhul muwaffiq ilā aqwāmith tharīq.
Wassalāmualaikum warahmatullāh wabarakātuh.