Nasional

Pindah Tugas, Dubes Irak Abdullah Hasan Saleh Sowan PBNU Lebih Dulu

Kam, 29 Agustus 2019 | 13:45 WIB

Pindah Tugas, Dubes Irak Abdullah Hasan Saleh Sowan PBNU Lebih Dulu

Abdullah Hasan Saleh (ketiga dari kiri) saat bersilaturahim ke PBNU, mengucapkan selamat berpisah karena pindah tugas. (Foto: Abdullah Alawi/NU Online)

Jakarta, NU Online
Duta Besar Irak Abdullah Hasan Saleh bersama soerang penerjemahnya, Omar Hazeim bersilaturahim ke PBNU, Kamis (29/8). Ia diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua H Eman Suryaman dan Eman Suryaman, Sekjen Helmy Faishal Zaini, Ketua LP Ma’arif NU KH Arifin Junaidi dan Ketua LAZISNU Ahmad Sudrajat. 

Dalam pertemuan tersebut, Abdullah Hasan menyampaikan bahwa tugasnya sebagai duta besar di Indonesia telah berakhir. Dan dia akan segera pulang ke negaranya.  

“Saya bangga pernah bertugas menjadi seorang duta besar di negara seperti Indonesia, sebuah negara Muslim terbesar di dunia,” katanya pada pertemuan yang berlangsung 45 menit tersebut.

Ia mengungkapkan keunikan bahwa di Indonesia ada organisasi massa keagamaan seperti Nahdlatul Ulama. Karena itu, ia pernah meminta mahasiswa asal Irak meneliti tentang ormas Islam di Indonesia. 

Obrolan Kiai Said dan Dubes yang menggunakan bahasa Arab tersebut, sempat menyinggung tokoh-tokoh Irak yang dikagumi kalangan pesantren dan warga NU, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Junaid Al-Bagdhdadi dan Abu Hanifah. 

“Syekh Abdul Qadi Jailalani selalu disebut-sebut oleh warga NU dalam manaqibanya, dalam tawasulnya,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur tersebut. 

Warga NU, lanjut Kiai Said, banyak yang mengagumi Syekh Abdul Qadir Jailani. Di Indonesia ada tarekat Qadiriyah. Kemudian, ada ulama asal Indonesia yang menggabungkan tarekat Qadiriyah dengan Naqsyabandiyah menjadi Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), yaitu Syekh Khotib Sambas. Melalui tarekat ini pula, Syekah Abdul Qadir banyak dicintai.  

Menanggapi hal itu, Dubes meminta Kiai Said dan pengurus PBNU untuk datang ke Irak. Selain bertemu dengan presiden, menteri, ia mengajak untuk berziarah ke makam-makam yang disebutkan Kiai Said. 

Sebelum berpamitan undur diri, Dubes berharap hubungan Indonesia dan Irak tetap berjalan baik karena kedua negara memiliki sejarah yang menunjukkan diplomasi yang baik pula. Menurut Abdullah, Presiden Soekarno pernah ke Irak. Ia melihatnya saat masih kanak-kanak. 

Tak hanya itu, ia juga mengaku tahu bahwa salah seorang presiden Indonesia yang juga tokoh NU, yakni KH Abdurrahman Wahid, pernah belajar di negaranya. Karenanya ia menyebut, hubungan Indonesia dan Irak tak hanya hubungan fisik, tapi ruhani. 

Ia juga sempat menyinggung keadaan negaranya. Saat ini, menurut dia, Irak dalam keadaan aman. Perkembangan  ekonomi makin membaik dan tidak ada embargo lagi. Meskipun demikian, masih ada ribuan pasukan Amerika Serrikat di enam pangkalan militer. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad