Nasional

Prof Mohamad Nasir: Kuliah Tatap Muka Hendaknya Tidak Mengakhiri Kuliah Online

Rab, 28 April 2021 | 23:00 WIB

Prof Mohamad Nasir: Kuliah Tatap Muka Hendaknya Tidak Mengakhiri Kuliah Online

Ilustrasi: Kuliah tatap muka terbatas hendaknya tidak diartikan sebagai mengakhiri kuliah online.

Surabaya, NU Online

Perguruan tinggi saat ini mulai mempersiapkan skema untuk melaksanakan kuliah tatap muka terbatas. Hal ini dilakukan seiring terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.

 

Menanggapi aktivitas perguruan tinggi tersebut, Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nadhatul Ulama (LPT PBNU), Prof. H. Mohamad Nasir berharap, kuliah tatap muka terbatas jangan sampai diartikan sebagai mengakhiri kuliah online. Karena menurutnya, kuliah online merupakan sebuah kemajuan yang sangat berharga di dunia pendidikan.

 

"(Dengan e-learning) kita sudah maju. Sehingga (kuliah online) jangan sampai ditinggalkan, dan jangan sampai kita mundur lagi ke belakang. Justru dengan adanya e-learning ini, perlu kita kombinasikan dengan kuliah tatap muka. Dunia pendidikan harus menjadikan metode ini sebagai tools untuk mendongkrak pendidikan Indonesia yang lebih maju," papar Nasir yang juga Mantan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dalam Webinar Komunitas Sevima pada Selasa (27/4) sore.

 

Webinar yang bertajuk Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi Kuliah Tatap Muka ini dihadiri oleh Dr. dr. Sukadiono selaku Pakar Kesehatan yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, serta 325 pimpinan kampus dan 4.000 dosen se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas Sevima.

 

Kombinasi kuliah tatap muka dan daring jadi pilihan tepat

Metode blended learning, atau kombinasi kuliah tatap muka dan daring, dalam kacamata Nasir dapat menjadi solusi untuk menciptakan outcome pendidikan Indonesia yang lebih unggul. Dengan cara mengkombinasikan keunggulan dari pembelajaran online, serta menutupi kekurangannya dengan cara menggelar kuliah tatap muka sesuai dengan kebutuhan.

 

"Artinya dengan kombinasi, tidak ada metode yang ditinggalkan. Karena perlu ditekankan, dari pandemi kita sudah memahami, bahwa belajar secara daring bukan berarti mengurangi esensi dari proses belajar mengajar, dan sama sekali bukan penghalang dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang cerdas dan terampil," ungkap Nasir.

 

Keunggulan mengkombinasikan kuliah tatap muka dan daring datang dari banyak sisi. Yang pertama adalah dari segi kenyamanan. Berbeda dari kalangan civitas pendidikan di sekolah yang cenderung memilih untuk belajar tatap muka, para mahasiswa dan orang tuanya justru lebih nyaman belajar secara online.

 

"Karena mahasiswa pada umumnya sudah mandiri dalam belajar. Survai di universitas negeri juga sudah menunjukkan mahasiswa lebih nyaman kuliah online," ungkap Nasir.

 

Sedangkan yang kedua, dari segi ekonomi, kuliah online membuat mahasiswa yang berasal dari luar kota tidak perlu merantau maupun kos. "Ini merupakan penghematan yang luar biasa untuk keluarga," lanjut Nasir.

 

Selain itu bagi mereka yang bekerja, juga bisa mengikuti kuliah online tersebut di mana saja dan kapan saja. Rekaman kuliah online bisa ditampilkan kapan saja, begitupula dengan tugas kuliah yang dapat mereka kerjakan menyusul selama mengikuti deadline yang telah ditetapkan. Metode ini biasa disebut sebagai pembelajaran asynchronous (tidak langsung).

 

Dengan kesempatan ini, artinya tidak ada lagi rasa bimbang dalam memilih prioritas hidup antara kuliah atau bekerja. Sehingga, diharapkan makin banyak masyarakat yang memutuskan untuk kuliah, dan bermuara pada meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat Indonesia.

 

"Inilah kenyamanan dari kuliah online, bisa belajar secara any time, any where, and any place (kapan saja, dan di mana saja). Oleh karena itu, meskipun mahasiswa akan menghadapi perkuliahan tatap muka terbatas, dengan menggunakan e-learning ini mereka masih terus bisa mendalami perkuliahan tersebut. Harapannya, semua bisa kuliah, sehingga kualitas sumber daya manusia dan angka partisipasi kasar kita yang selama ini selalu urutan buncit di kancah internasional menjadi meningkat," terangnya.


Editor: Kendi Setiawan