Nasional KONBES NU 2022

Prof Mukri: Gesture Baik Jadi Separuh dari Kesuksesan Komunikasi

Ahad, 22 Mei 2022 | 02:00 WIB

Prof Mukri: Gesture Baik Jadi Separuh dari Kesuksesan Komunikasi

Ketua PBNU Prof KH Mohammad Mukri (Foto: NU Online/Faizin)

Jakarta, NU Online
Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia selalu menampakkan gesture (gerak-gerik) yang bisa dibaca oleh orang yang diajak berkomunikasi. Gerak-gerik ini secara tidak langsung bisa mendapatkan penilaian sehingga akan mewujudkan kesan dalam berkomunikasi.


Gesture yang baik, tentu akan memunculkan nilai-nilai kesan positif. Sebaliknya seseorang yang dari awal sudah menunjukkan gesture negatif, maka akan mendapatkan penilaian tidak baik dari orang lain. Maka dari komunikasi dan gesture inilah sebuah keberhasilan bermula.


“Kesuksesan dan kegagalan seseorang dimulai dan dibangun dari komunikasi. Di dalamnya gesture tubuh akan menjadi bagian penting suksesnya komunikasi. Gesture tubuh yang bagus sudah menjadi separuh dari kesuksesan,” kata Ketua PBNU Prof KH Mohammad Mukri terkait seni komunikasi yang harus dimiliki para aktivis organisasi, Sabtu (21/5/2022).


Oleh karenanya, para aktivis organisasi seperti pengurus Nahdlatul Ulama yang memiliki intensitas tinggi berinteraksi dengan banyak orang harus memperhatikan seni dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan mendatangkan kemaslahatan bagi diri dan berdampak juga kepada performa organisasi.


“Jadi, pengurus itu bukan hanya dituntut pintar. Tapi, juga harus pintar-pintar,” ungkap Prof Mukri.


Maksudnya, para aktivis organisasi harus bisa menjadi sosok yang memiliki kepintaran dalam mengatur organisasi, pintar dalam bernegosiasi, atau pintar dalam segi kognitif. Lebih dari itu, pengurus harus mampu menjadi pribadi yang pintar-pintar melihat situasi dan kondisi atau peka terhadap paradigma yang terjadi.


Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Jawa Timur, ini menambahkan bahwa berbagai permasalahan yang terjadi khususnya dalam organisasi harus diurai dan dicari titik permasalahannya. Silang pendapat atau masalah yang biasa terjadi harus disepakati terlebih dahulu sebelum dicarikan solusi bersama.


“Penting juga untuk menyelaraskan pikiran dan hati masing-masing sehingga permasalahan bisa diselesaikan dengan cara yang baik,” kata Prof Mukri.


Menurut Prof Mukri, penyamaan 'frekuensi' hati penting sekali. Karena dari hatilah semua masalah bisa terurai dengan baik. Ia memberi contoh bagaimana orang yang tidak sama frekuensi hatinya akan berbicara dengan nada dan suara tinggi walau dalam posisi yang dekat.


“Kalau frekuensi hatinya sama, maka tidak akan seseorang berbicara dengan suara dan nada tinggi. Pasti keduanya akan nyaman dalam komunikasi,” ungkapnya di sela Konbes NU yang dilaksanakan di Hotel Yuan Garden Jakarta, Sabtu (22/5/2022).


Oleh karenanya, para aktivis harus memiliki seni berkomunikasi yang secara tidak langsung akan menunjukkan kualitas diri dan performa dalam menjalankan organisasi.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori