Nasional

Prof Mukri: NU makin Kuat dengan Menjamiyahkan Jamaah

Rab, 4 Mei 2022 | 09:45 WIB

Prof Mukri: NU makin Kuat dengan Menjamiyahkan Jamaah

Prof Mukri: NU Semakin Kuat dengan Menjamiyahkan Jamaah. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online 
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan ormas keagamaan terbesar di Indonesia. Jamaah atau warga NU di Indonesia yang memegang teguh paham Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) adalah kekuatan besar dalam mewarnai keberagamaan di Indonesia bahkan berpengaruh pada dunia.


Hal ini terlihat dari banyaknya tokoh-tokoh dari berbagai penjuru dunia yang datang ke Indonesia untuk belajar dari Nahdlatul Ulama. Dengan berpegang teguh pada prinsip tawasuth, tawazun, tadamuh, dan i'tidal, keberagamaan dan kebangsaan bisa berjalan selaras dan menjadikan dunia 'iri' melihatnya. 


Kekuatan ini menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Mohammad Mukri harus terus diperkuat dengan soliditas jamiyyah. Sehingga sangat penting bagi NU untuk terus memperkuat organisasi dengan menjamiyahkan jamaah. 


"NU makin kuat dengan menjamiyahkan jamaah. Dengan banyaknya jumlah jamaah atau warga NU semakin penting juga untuk 'membariskan' jamaah agar menjadi organisasi (jamiyyah) yang kuat," katanya di Bandarlampung, Selasa (3/4/2022). 


Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Blitar ini menyebut beberapa kekuatan NU yang jarang dimiliki oleh organisasi lain dan berjalan secara alamiah. Di antaranya adalah tradisi kebersamaan warga NU dengan berkumpul untuk melaksanakan berbagai amaliah Aswaja seperti yasinan, tahlilan, maulidan, manakiban, dan sejenisnya. 


Ia menyebut bahwa berbagai tradisi warga NU harus terus diperkuat dan dilestarikan sebagai wujud menjamiyahkan jamaah. Selain menguatkan berbagai potensi besar lainnya yang dimiliki warga NU di berbagai bidang untuk menjadi kekuatan besar yang terorganisir, disiplin, dan kuat. 


Konsep menjamiyahkan jamaah ini menurutnya sesuai dengan konsep yang disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf yang menyebut bahwa saat ini sedang dirancang sebuah pola atau sistem pengelolaan perkumpulan Nahdlatul Ulama seperti model pemerintahan. 


Gus Yahya menyebut bahwa tugas pemerintah jelasnya, adalah menyediakan dan memberikan pelayanan terkait kebutuhan yang diperlukan oleh rakyat dan juga menggali potensi-potensi sumber daya yang dimiliki dan kemudian didistribusikan kembali kepada rakyat.


Pemerintah juga membuat aturan-aturan agar layanan yang diberikan oleh pemerintah ini dapat dirasakan oleh rakyat secara adil, terbuka, dan transparan. Hal ini untuk menghindari penyalahgunaan yang mungkin saja bisa terjadi.


“Beda kita dengan pemerintah adalah bahwa kita tidak punya Polisi sehingga tidak bisa memaksa. Kita tidak punya hak paksa. Kalau pemerintah ini punya hak paksa. Kita ndak,” jelasnya.


Untuk menjadikan warga ikut regulasi yang sudah dibuat, maka NU harus memberikan benefit atau kemaslahatan dengan membuat berbagai macam program. 


PBNU pun telah melakukan inisiasi program-program yang bakal menjadikan seluruh pengurus NU mulai pusat sampai dengan cabang sibuk selama lima tahun ke depan. 


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin