Nasional

Prof Oman Sampaikan 3 Strategi Transformasi Digital Manuskrip Nusantara

Rab, 22 Februari 2023 | 23:00 WIB

Prof Oman Sampaikan 3 Strategi Transformasi Digital Manuskrip Nusantara

Prof Oman Fathurahman saat mengisi Seminar dan Peluncuran Wikisource Loves Manuscripts (Wilma) di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (22/2/2023). (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online
Transformasi digital sudah menjadi sebuah keniscayaan di tengah arus perkembangan teknologi yang kian masif dalam segala sektor. Tak boleh ketinggalan, dunia manuskrip yang berkutat pada naskah-naskah kuno juga perlu beradaptasi dengan hal tersebut.

 

Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Oman Fathurahman menyampaikan tiga strategi transformasi digital manuskrip Nusantara. Hal tersebut disampaikan dalam Seminar dan Peluncuran Wikisource Loves Manuscripts (Wilma) di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (22/2/2023).

 

Pertama, penguatan infrastruktur riset manuskrip digital Nusantara. Hal ini sebagai tempat penyediaan bahan riset manuskrip. "Tinggal dipikirkan apa yang sudah tersedia dan belum," ujarnya.

 

Prof Oman menyebut ada Khastara yang dimiliki Perpusnas. Namun, program ini sayangnya memiliki sejumlah kendala. Padahal, menurutnya, Perpusnas merupakan representasi negara yang menyediakan ini. Karenanya, program tersebut harus dirawat.

 

Ada pula Endangered Archive Program (EAP) dari The British Library. Sejak 2006, kata Oman, sudah ada jutaan halaman yang tersedia di platform tersebut. "Itu luar biasa. Pemanfaatannya sejauh mana kita belum tahu," katanya.

 

Selain dua program itu, ada pula Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) yang diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Center for the Study of Manuscript Cultures (CSMC) of the University of Hamburg. Program yang sudah dimulai sejak tahun 2017 itu juga telah berhasil mendigitalisasi ribuan manuskrip di wilayah Asia Tenggara.

 

Terakhir dan terbaru, ada Wikisource Loves Manuscripts (Wilma) yang diinisiasi PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wikimedia. Program ini menggunakan teknologi Transkribus yang dapat memahami semua bahasa dan aksara. Manuskrip akan langsung terdigitalisasi dan ditranskrip isinya.

 

Prof Oman menegaskan bahwa hal tersebut tidak boleh hanya berhenti pada pengembangannya saja, tetapi tidak ada pemanfaatannya. Karenanya, perlu strategi kedua dalam transformasi digital untuk manuskrip Nusantara, yaitu penguatan pemanfaatan manuskrip digital Nusantara. Hal ini sebagai langkah memunculkan permintaan riset dari para sarjana dan peneliti.

 

Tanpa adanya hal tersebut, menurutnya, tidak akan ada penerbit yang menerbitkan karya mengenai manuskrip. Tidak ada pula kreator yang menuangkan kreasinya dengan berlandaskan manuskrip. Sebab, hanya ada penyediaaannya saja.

 

Dalam hal ini, ada berbagai lembaga yang menyediakan menguatkan pemanfaatan manuskrip digital tersebut. Ia menyebut École Française d'Extrême-Orient ("Sekolah Prancis untuk Timur Jauh", disingkat EFEO) yang menjadi pasar mencari naskah buku yang mau diterbitkan berbasis manuskrip.

 

Ada pula School of Origin and African Studies (SOAS) yang menyediakan beasiswa untuk studi pascasarjana dengan meneliti budaya manuskrip Sumatra.

 

Ia juga menyebut Ngariksa sebagai program yang dijalankannya secara dwimingguan melalui media sosial. Ia membaca sejumlah manuskrip digital yang tersedia dan memberikan penjelasannya. Terakhir, ia juga menyebut budaya riset/karya ilmiah berupa skripsi, tesis, disertasi, artikel jurnal, hingga media sosial.

 

Strategi ketiga adalah pengelolaan big data manuskrip digital Nusantara sebagai faktor pendukung. Di sini lubang atau celah besar. Menurutnya, basis data manuskrip perlu disatukan. Perlu juga adanya ensiklopedia. Ia menyebut bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bisa bekerja sama dengan UNESCO.

 

Variabel lainnya adalah ekosistem riset manuskrip digital yang perlu terus dikembangkan. Riset manuskrip harus digabungkan dengan tradisi lisan yang ada sehingga manuskrip tidak kehilangan tradisinya.

 

Program Wilma sendiri akan dimulai pada tiga wilayah dengan bahasa dan aksara berbeda, yaitu Bali dengan aksara dan bahasa Bali, Jawa dengan aksara dan bahasa Jawa, dan Padang dengan aksara Jawi dan bahasa Melayu.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi