Nasional

Prof Quraish Jelaskan Perbedaan Nikmat Syukur dan Syukur Nikmat

Ahad, 15 Januari 2023 | 07:00 WIB

Prof Quraish Jelaskan Perbedaan Nikmat Syukur dan Syukur Nikmat

Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab. (YouTube Quraish Shihab)

Jakarta, NU Online
Sebagian dari kita mungkin sulit membedakan antara nikmat syukur dan juga syukur nikmat. Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab menjelaskan perbedaan antara nikmat syukur dan syukur nikmat yang ternyata maknanya tidak sama.


“Nikmat syukur bisa diartikan bahwa seseorang yang mampu bersyukur sebenarnya telah memperoleh karunia Tuhan. Karena kita tidak dapat melakukan kebajikan kecuali kalau kita berkehendak melakukannya dan direstui oleh Tuhan,” tuturnya dalam YouTube Quraish Shihab, Jumat (13/1/2023).


Ia melanjutkan, makna lainnya adalah nikmat atau kelezatan yang dirasakan seseorang ketika bersyukur. Nikmat dari segi bahasa memiliki tiga makna, pertama kelezatan, kedua kepuasan, ketiga anugerah Tuhan. Sehingga nikmat syukur yakni merasakan kelezatan syukur.


Pengarang Tafsir Al-Misbah itu menerangkan bahwa manusia dapat mengalami tiga macam kelezatan yakni jasmani, nafsani (nafsu) yang bisa mengalahkan kelezatan jasmani, dan ruhani.


“Kelezatan ruhani sangatlah nikmat. Contoh, anak kita sedang bermain layangan di luar. Kemudian ia berlari terengah-engah kehausan. Pada saat itu juga sang ayah sedang berada di depan kulkas ingin mengambil minuman karena ia juga kehausan,” ujarnya.


“Namun, ketika melihat anaknya kehausan, maka ia berikan minuman itu kepada anaknya. Melihat anaknya yang meminum terlihat sangat segar dan puas seketika ia juga merasakan kesegaran ruhani jauh melebihi kelezatan jasmani dan nafsaninya,” sambung Prof Quraish.


Nikmat syukur, lanjut dia, jika dilaksanakan dengan baik dan sempurna maka akan merasakan kelezatan ruhani. Ada hal di kalangan para pakar psikologi dipertanyakan mengapa anak-anak meskipun dilarang berpuasa masih mau berpuasa? Mengapa orang-orang bergembira waktu berbuka puasa? Jawabannya karena orang tersebut mengalami kelezatan ruhani.


“Itu sebabnya, jauh lebih banyak orang yang berpuasa dari pada shalat. Karena kenikmatan saat berpuasa jauh melebihi kelezatan jasmani dan nafsani. Nikmat syukur benar-benar dapat dirasakan jika melaksanakannya dengan benar. Seperti orang yang bersedekah karena terpaksa dan bersedekah karena panggilan hati akan jauh berbeda,” jelasnya.


“Ia akan merasakan nikmat ruhani karena telah melaksanakan sesuai tuntutan syukur. Nikmat juga diartikan dengan puas hati. Jika menginginkan sesuatu dan dapat mencapainya makan akan menjadi puas, kepuasan itu dinamai dengan nikmat,” tambah doktor jebolan Universitas Al-Azhar Mesir ini.


Syukur Nikmat
Prof Quraish mengatakan, syukur memiliki banyak makna. Bisa diartikan menampakkan sesuatu. Oleh karena itu, syukur dipertentangkan dan dihadapkan dengan kikir. Syukur juga dimaknai dengan menerima yang sedikit dan menganggap banyak apa yang telah diterima.


Syukur memiliki tiga aspek. Pertama, merasakan dengan hati bahwa telah menerima suatu kebaikan. Kedua, merasakan nikmat yang diterima adalah anugerah Tuhan sehingga mengucapkan segala puji bagi Allah. Ketiga, melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan pemberian anugerah itu.


“Kita banyak menerima nikmat Allah. Jangan pernah berkata bahwa tidak mendapatkan nikmat. Menghirup oksigen, sehat, dan lain sebagainya merupakan nikmat yang harus disyukuri,” tuturnya.


Prof Quraish mengungkapkan jika hanya mewujudkan dengan ucapan maka belum termasuk syukur yang sempurna. Harus syukur yang disadari bahwa sesuatu itu baik dan anugerah Tuhan yang mendorong seseorang mengucap kalimat syukur.


“Syukur juga bisa dimaknai dengan apa yang Anda berikan hanyalah sedikit. Jangan menganggap apa yang anda berikan itu banyak. Tapi, anggaplah yang Anda terima itu banyak. Jangan menganggapnya sedikit,” tandasnya.


Hal senada tertulis dalam artikel NU Online berjudul Tiga Cara Mengungkapkan Syukur kepada Allah bahwa orang yang bersyukur atas nikmat Allah akan melakukan tiga hal. Pertama, selalu menjaga lisannya. Minimal dengan mengucap hamdalah dan selalu berkata baik.


Kedua, melalui aktivitas hati bahwa seseorang dapat mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas, dan rela dengan apa sudah yang ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya.


Ketiga, melalui aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rezeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori