Nasional

Puisi Kerinduan Gus Mus pada Nabi Muhammad

Ahad, 9 Oktober 2022 | 12:00 WIB

Puisi Kerinduan Gus Mus pada Nabi Muhammad

KH A Musthofa Bisri (Gus Mus). (Foto: YouTube GusMus Channel)

Jakarta, NU Online
Dalam sebuah unggahan di YouTube GusMus Channel, KH A Musthofa Bisri (Gus Mus) mengungkapkan kerinduan kepada Nabi Muhammad saw melalui sebuah puisi. Ia membacakan puisi berisi sebuah fenomena manusia yang sudah jauh dari apa yang diharapkan Nabi.


Sesama manusia saling bermusuhan untuk mencapai tujuan dengan menjadikan agama sebagai kendaraan. Gus Mus pun menyebut banyak ‘titisan-titisan’ Abu Jahal dan Abu Lahab yang merasuk pada umat Islam.


Gus Mus juga mengungkapkan bagaimana yang kuat berlaku sewenang-wenang kepada yang lemah. Yang lemah terus dieksploitasi oleh yang kuat dengan mengulurkan segala kekuatan dan kekuasaannya. Dengan pongah, mereka terus menyebarkan cakarnya mencari korban.


Gus Mus mengungkapkan rindunya pada Nabi Muhammad untuk hadir kembali dengan membawa kesejukan dan petuah-petuah untuk menyingkirkan sifat negatif yang muncul ini.


Berikut selengkapnya Puisi Gus Mus berjudul Aku merindukanmu, O, Muhammadku yang diakses NU Online pada Ahad (9/10/2022):


Aku merindukanmu, O, Muhammadku


Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu


Dari dada-dada tipis papan


Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu


Aku merindukanmu, o, Muhammadku


Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan korban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu


O, Muhammadku, o, Muhammadku!


Di mana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku


Aku merindukanmu, o, Muhammadku


Sekian banyak Abu Jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu


O, Muhammadku – shalawat dan salam bagimu –


Bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkakan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi


Umat sendiri? O, Muhammadku


Aku merindukanmu, O, Muhammadku


Sungguh aku merindukanmu.
 

Puisi lain kerinduan Gus Mus

Kerinduan Gus Mus pada Nabi Muhammad juga pernah diungkapkannya dalam bait syair puisi lainnya yang berjudul ‘Ya Rasulallah’. Berikut puisi karya Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini:


Ya Rasulallah


Ya Rasulallah
aku ingin seperti santri berbaju putih
yang tiba-tiba datang menghadapmu
duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu
dan meletakkan telapak tangannya di atas paha-paha muliamu
lalu aku akan bertanya


Ya Rasulallah
tentang islamku?
ya Rasulallah
tentang imanku?
ya Rasulallah
tentang ihsanku?


Ya Rasulallah
mulut dan hatiku bersaksi
tiada tuhan selain Allah
dan engkau ya Rasulallah utusan Allah
tapi kusembah juga diriku Astaghfirullah
dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah


Ya Rasulallah
setiap saat jasadku shalat
setiap kali tubuhku bersimpuh
diriku jua yang kuingat.
setiap saat kubaca shalawat
setiap kali tak lupa kubaca salam
Assalamu'alaika Ayyuhan Nabiyyu Warahmatullahi Wabarakatuh
salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah
tapi tak pernah kusadari apakah di hadapanku
kau menjawab salamku
bahkan apakah aku menyalamimu


Ya Rasulallah
ragaku berpuasa
dan jiwaku kulepas bagai kuda
ya Rasulallah
sekali-kali kubayar zakat dengan niat
dapat balasan kontan dan berlipat
ya Rasulallah
aku pernah naik haji
sambil menaikkan gengsi
ya Rasulallah, sudah islamkah aku?


Ya Rasulallah
aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya
aku percaya malaikat
percaya kitab-kitab suci-Nya
percaya nabi-nabi utusan-Nya
aku percaya akherat
percaya qadha-qadar-Nya
seperti yang kucatat
dan kuhafal dari ustad
tapi aku tak tahu
seberapa besar itu mempengaruhi lakuku
ya Rasulallah, sudah imankah aku?


Ya Rasulallah
setiap kudengar panggilan
aku menghadap Allah
tapi apakah Ia menjumpaiku
sedang wajah dan hatiku tak menentu
ya Rasulallah, dapatkah aku berihsan?


Ya Rasulallah
kuingin menatap meski sekejap
wajahmu yang elok mengerlap
setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.


Ya Rasulallah
kuingin mereguk senyummu yang segar
setelah dahaga di padang kehidupan hambar
hampir membuatku terkapar.


Ya Rasulallah
meski secercah, teteskan padaku
cahyamu
buat bekalku sekali lagi
menghampiri-Nya.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori