Nasional

Puluhan Santri di Blitar Juara Umum Lomba Robot Internasional

Rab, 12 Februari 2020 | 14:30 WIB

Puluhan Santri di Blitar Juara Umum Lomba Robot Internasional

Tim robotik Pesantren Mambaus Sholihin meraih prestasi pada World Robotic for Peace di University Johorbahru, Malaysia. (Foto: NU Online/istimewa)

Blitar, NU Online
Tim robotik Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Sumber, Sanankulon,  Kabupaten Blitar, Jawa Timur meraih prestasi gemilang pada gelaran World Robotic for Peace di University Johorbahru, Malaysia. Kegiatan berlangsung Kamis hingga Jumat (6-7/2).                              
Kontes robot tingkat internasional ini diikuti oleh 10 negara. Salah satunya Indonesia yang diwakili Pesantren Mambaus Sholihin.
 
Yang membanggakan, tim beranggotakan 12 santri yang dikirimkan Pesantren Mambaus Sholihin dan mewakili Indonesia, sukses meriah juara umum. Juara umum diraih setelah para santri menyabet juara 1 kategori Soccer Close, juara 1 soccer close junior, juara 1 line follower, juara 2 sumo dan juara 2 ASV atau Amfibious Solar Vehicle.
 
"Ini kami undangan datang 26 Oktober, jadi bulan Oktober terakhir kami sudah mulai mempersiapkan daftar, terakhir Desember. Kami sudah mendaftarkan anak-anak di November. Jadi persiapan kami sejak Oktober," kata pembina tim, Yasroni Indralogi, Selasa (11/2).
 
Pada lomba yang diikuti 10 negara itu, kontingen Mambaus Sholihin meraih juara di lima dari tujuh kategori. Tiga kategori meraih predikat juara sedangkan dua lainnya sebagai runner-up.
 
Lomba robotik internasional itu terpusat di University Teknologi Malaysia. Selain membawa medali dan beberapa piala, wakil Indonesia ini juga berhak mendapat uang 5.000 Ringgit Malaysia.
 
"Kami gagal di empat kategori yang lain. Ada beberapa kendala teknis salah satunya karena robot yang kami bawa dari Indonesia itu terbakar rusak di sana," kata Yasroni.
 
Menurutnya, juara umum dipegang oleh Indonesia. Pada kategori sumo itu yang robot kami terbakar. 
 
“Itu yang membuat akhirnya meminjam material dari panitia. Tapi kita bisa dapat juara meskipun belum juara pertama," katanya.
 
Seorang kontingen, Muhammad Fariq Irsad mengatakan, sebelum berlomba ada beberapa persiapan yang dilakukan. Salah satunya mempelajari sistem yang ada pada robot dan juga melakukan literasi robotik melalui website.
 
"Ya mempelajari sistem robotnya. Terus belajar googling," katanya.
 
 
Diganggu Virus Corona
Setelah berkompetisi dan sukses menorehkan prestasi internasional, 12   santri tersebut akhirnya tiba di Tanah Air pada Selasa (11/2). Setiba di Kabupaten Blitar, mereka terlebih dulu diobservasi di RSUD Ngudi Waluyo, sebagai antisipasi wabah virus Corona. Setelah dinyatakan sehat, para santri diarak menuju Pesantren Mambaus Sholihin.
 
Virus Corona memang menjadi salah satu momok bagi kontingen santri selama melakukan perjalanan mengikuti kontes robotik internasional. Setelah lepas landas dari Indonesia, rombongan tiba di Singapura. Rencananya, selain di Malaysia, tim juga akan mengikuti kontes robot di Singapura. Namun wabah virus Corona menjadi faktor kegagalan mereka ikut kompetisi di Singapura.
 
Dikatakan oleh Yasroni Indra Logi selaku pendamping dan pembimbing tim robotik, timnya terpaksa mundur dari kompetisi di Singapura karena banyak peserta dari beberapa negara yang juga tidak jadi bertanding karena khawatir ancaman virus Corona.
 
“Kondisi di Singapura sudah kami perhitungkan jelang keberangkatan. Kami sudah diberi aba-aba, bahwa untuk kompetisi di Singapura kemungkinan dicancel,” katanya.
 
Meskipun sudah membaca kondisi di Singapura, tim robotik Pesantren Mambaus Sholihin tetap tiba di Singapura melalui penerbangan dari  Jakarta. Yasroni menceritakan kondisi di Singapura sepi akibat dari wabah virus Corona.
 
“Kondisi Singapura sangat sepi, di bandara itu hanya kami, yang dicek barang untuk keberangkatan itu kami saja. Bahkan tidak ada keberangkatan yang lain. Kami bertanya orang yang di sana itu untuk negara yang terinfeksi Corona seperti China dan Hong Kong itu sudah diblokir oleh Singapura,” paparnya.
 
Saat berada di Singapura, seluruh anggota tim juga tidak luput dari pemeriksaan petugas. Hal tersebut untuk memastikan seluruh anggota tim benar-benar tidak terinfeksi virus Corona.
 
“Proses screening 2 kali di Singapura. Kalau untuk Johorbahru itu tidak ada, bahkan di sana itu biasa saja, tidak ada yang pakai masker," beber dia.
 
Virus Corona juga mempengaruhi jalur transportasi udara. Menurut Yasroni, dirinya beserta tim harus mengalihkan penerbangan setelah digagalkannya penerbangan bandara Juanda-Johorbahru Malaysia. Untuk penerbangan, tim harus landing dari Jakarta.
 
“Lima maskapai kami dicancel menuju Malaysia. Akhirnya kami harus naik kereta api dari Blitar ke Jakarta. Kami akhirnya ke Singapura dulu, harusnya kan Johorbahru dulu baru ke Singapura. Jadi setelah maskapai ditolak semua, akhirnya kami mau tak mau harus berangkat dari Jakarta. Beberapa kendala kami dengan perjalanan yang jauh ini, robot kita kan banyak, susah dibawa,” paparnya.
 
Tak hanya itu, virus Corona juga mempengaruhi perjalanan kepulangan dari negeri Jiran Malaysia.
 
”Pulangnya dicancel dua kali. Pesawat kami dari Garuda ganti Air Asia. Kami terbang pulang dari Kuala Lumpur. Alhamdulilah kami bisa sampai di Tanah Air dengan selamat. 
 
Setiba di Indonesia, malamnya kontingen juga diobeservasi. Keesokan harinya di RSUD Ngudi Waluyo Blitar. 
 
“Observasi untuk memastikan kami benar-benar bebas dari virus Corona,” pungkasnya.
 
 
Kontributor: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi
Â