Nasional

Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara Penting Didirikan

Kam, 14 November 2019 | 16:30 WIB

Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara Penting Didirikan

Kepala Puslitbang LKKMO, Muhammad Zain, didampingi Kabid Litbang Lektur Keagamaan, Bahari, membuka resmi seminar Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara di Bogor. (Foto: Dok. LKKMO/Sukoco)

Bogor, NU Online
Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN) sangat penting didirikan. Sebab, hal ini hendak menjawab kebutuhan masyarakat mengetahui sekaligus menjaga memori intelektual bangsa. 

Hal tersebut dikatakan Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kementerian Agama Muhammad Zain saat membuka resmi seminar tentang rencana pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN). Acara tersebut dihelat di Hotel Horison Ultima Bhuvana Ciawi, Bogor, Kamis (14/11).

“Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mengintegrasikan berbagai pikiran dan pengalaman dalam upaya pengembangan kegiatan terkait naskah keagamaan Nusantara. Tujuannya untuk menghasilkan gambaran kajian dan kegiatan terkait naskah di berbagai daerah dan di pusat serta meningkatkan kualitas peneliti naskah keagamaan,” kata Zain.

Selain itu, lanjut dia, seminar hendak menggali gagasan dalam rangka penyusunan regulasi tentang aturan yang sistematis dalam pengembangan konservasi dan kajian manuskrip keagamaan Nusantara khususnya di lingkungan Kemenag.

“Regulasi ini diharapkan menjadi payung hukum yang dapat dipedomani sehingga terwujud kesepakatan dan kesepahaman dalam melakukan penyelamatan terhadap manuskrip keagamaan nusantara,” ujar doktor jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Menurut pria asal Mandar Sulawesi Barat ini, menggali jejak sejarah Indonesia, khususnya jejak sejarah keberagamaan dalam latar keindonesiaan, perlu menelusuri jejak manuskrip yang berserakan di belahan Nusantara. Dalam lajur sejarah, budaya merupakan peninggalan manuskrip ‘keberagamaan’.

“Dalam tradisi bangsa apapun, naskah kuno jelas sekali menyimpan rekam jejak sejarah kebudayaan masyarakat yang menghasilkannya. Demikian juga dalam konteks Indonesia. Naskah-naskah tulisan tangan yang kita miliki ini adalah bukti tingkat literasi nenek moyang kita yang sudah melek aksara sejak ratusan tahun lalu,” tandasnya.

Menurut mantan Ketua Lembaga Perguruan Tinggi NU ini, sebuah bangsa yang maju bukan mereka yang mencampakkan masa lalunya, melainkan mereka yang merawat dan kemudian merevitalisasinya untuk keperluan masa kini dan masa depan. Jadi, upaya-upaya pelestarian, pengkajian, serta penyebarluasannya melalui berbagai sarana dan media, harus terus digalakkan.

“Oleh karena itu, untuk menguatkan rencana pendirian PKMKN ini kami sebelumnya telah melakukan benchmarking ke sejumlah negara untuk mengetahui cara mereka memperlakukan naskah kuno atau manuskrip keagamaan. Antara lain, Jepang, India, Mesir, Maroko, Iran, dan Turki,” papar Zain.

Dalam laporannya, Kabid Litbang Lektur Keagamaan, Bahari, mengatakan acara tersebut dihadiri para pencinta manuskrip yang tergabung dalam beberapa organisasi. Antara lain, Islam Nusantara Center (INC), Lingkar Filologi Ciputat, Ranita UIN, STAI Darunnajah, STAI Al-Aqidah, UIN Jakarta, Dewan Kesenian Banten, PSIK Paramadina, dan Perpustakaan PBNU. 

Koordinator acara yang juga Peneliti Puslitbang LKKMO Nurman Kholis menambahkan, seminar mengundang sejumlah narasumber, antara lain Abdurrahman Mas'ud (Kepala Balitbang Diklat Kemenag), Oman Fathurrahman (Staf Ahli Menteri Agama), A Ginanjar Sya'ban (INC), Ali Rokhmad (Kepala Biro Perencanaan Setjen Kemenag), dan Fakhriati (Peneliti Puslitbang LKKMO). Acara dijadwalkan tiga hari, Kamis-Sabtu, 14-16 November 2019.

Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Abdullah Alawi