Nasional BELAJAR DARI GUS DUR (4)

Rahasia di Balik Beda Sikap Gus Dur kepada Orang Lain dan Keluarganya

Ahad, 27 Desember 2015 | 02:02 WIB

Jakarta, NU Online
Menurut Alissa Wahid, saat becanda, isi atau materi candaan Gus Dur tidak jauh berbeda dari joke-joke yang beredar secara luas di masyarakat. Gus Dur itu ‘what you see what you get.’ Dia mau ketemu santri atau Presiden Kuba, beliau akan bersikap sama. Cuma frame-nya yang berbeda. Sikap beliau sama, mungkin kalimat-kalimatnya saja yang berbeda.<>

Apabila Gus Dur bersikap sama terhadap semua orang termasuk keluarganya dalam hal becanda, sangat berbeda dalam hal memfasilitasi anak-anaknya. Sikap senang memberi dan membantu orang lain, Gus Dur tunjukkan kepada orang lain. Namun berbeda sekali kepada keluarganya.

“Gus Dur dari dulu mudah sekali membantu santri-santri yang akan sekolah S2. Tetapi sewaktu saya mau S2, justru harus bayar sendiri, ya dengan mencari beasiswa sendiri,” kata Alissa dalam acara bincang tentang Gus Dur di Radio NU Jakarta.

‘Keanehan’ juga terjadi lagi saat Alissa kuliah. Untuk memudahkan penelitiannya, Alissa meminta dibelikan sepeda motor. Tetapi Gus Dur tidak memberikannya. 

Alasan Gus Dur, “Bapak nggak punya uang.”

Alissa, yang sudah tahu bahwa Gus Dur memiliki uang dan disimpan di dalam laci menimpali, “Ada kok di laci.”

Gus Dur menjawab lagi, “Itu uang titipan orang untuk rakyat, bukan untuk kita. Bapak nggak bisa pakai.”

Pengalaman Alissa itu membuatnya berpikir “Kok Bapak gitu?” Sekarang, setelah dewasa disadari oleh Alissa bahwa itu merupakan pelajaran berharga untuk membangun hidup sendiri, harus survive dengan diri sendiri, tidak hidup dari fasilitas orang tua.

Pengalaman Alissa dengan Gus Dur sesungguhnya menyimpan pelajaran juga bagi banyak orang, walaupun pengalaman itu merupakan kejadian pribadi Alissa atau dalam lingkup keluarga Gus Dur.

Dari kejadian gagalnya Alissa mendapatkan sepeda motor, misalanya, Gus Dur mengajarkan kepada kita jangan merasa memiliki apalagi ingin menguasai sesuatu yang bukan hak kita. 

Bagi kebanyakan orang, tindakan Gus Dur yang tidak mau memberikan sepeda motor untuk Alissa, bisa jadi dianggap ketidakpedulian terhadap anak. Tetapi di balik itu, Gus Dur justru sedang menempa jiwa anak-anaknya. Artinya tetap saja Gus Dur menyimpan perhatian yang mendalam bagi mas depan anak-anaknya.

Bukti dari perhatian itu tercermin dari lanjutan kejadian gagalnya Alisaa meminta sepeda motor. Beberapa waktu setelah gagal mendapatkan sepeda motor, Mbah Lim (KH Muslim Rifai Imampura), dari Klaten, mengirimkan sebuah sepeda motor untuk Alissa. Pada waktu mengirimkan sepeda motor itu, Mbah Lim mengatakan “Katanya Lisa sedang butuh sepeda motor?” (Kendi Setiawan/Fathoni)