Nasional

Rahasia Kesuksesan Para Kiai dalam Mendidik

Rab, 10 Juli 2019 | 12:30 WIB

Jakarta, NU Online
Problem pendidikan modern yang saat ini berkembang menjadi perhatian Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim, terutama dalam membangun akhlak generasi muda. Menurutnya, membangun kesadaran dari diri sendiri merupakan pendidikan paling susah sepanjang zaman. 

“Kesadaran diri, berbalik sebanding dengan perlawanan terhadap diri sendiri. Duh, betapa sabarnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW pada umatnya yang bandel-bandel. Benar-benar beliau Ra'ufurrahiim (kasihnya teramat dalam),” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (10/7) lewat twitternya.

Terkait tirakat atau riyadhoh para kiai dalam mendidik santri, Direktur Sufi Center itu menjelaskan bahwa para kiai dahulu setiap malam di pipinya selalu ada sungai membelah wajahnya, yakni sungai airmata.

“Bermunajat dengan hati remuk redam agar para santri dan umat hatinya benderang dalam keteguhan iman, keselamatan dunia akhirat. Saya hanya sekeping batu pinggir jalan di tengah batu-batu permata itu,” ungkapnya.

Kiai Luqman mengatakan bahwa ia seringkali melihat wajah para kiai tersenyum seperti bayi. Tiba-tiba pelupuk matanya menggenang seperti telaga yang hendak tumpah. Tapi tetap tersenyum menahan kepedihan hati dan rasa malunya di hadapan Ilahi.

“Saat seperti itu, aku hanya begundal dalam tumpukan sampah sejarah,” ungkap penulis buku Psikologi Sufi ini.

Menurutnya, anak-anak bangsa rindu hadirnya bapak spiritual di setiap sekolahan. Para orang tua telah menyerahkan nasib masa depan anak-anak pada sekolah.

“Jika para siswa hatinya gersang, dapat pelajaran agama yang tidak mencerahkan, membahasahi hatinya, alangkah nestapa pertumbuhan jiwa anak-anak,” tutur Kiai Luqman.

Dalam kesempatan lain dalam upaya meningkatkan kualitas diri manusia, Kiai Luqman menegaskan bahwa yang paling mengenal diri manusia ialah Allah SWT. Sebab itu, dia menyarankan agar seorang hamba memohon kepada Allah untuk diperkenalkan dengan dirinya sendiri. Dari sini muncul ungkapan, usaha mengenal Allah ialah dengan cara mengenal diri sendiri.

“Mengenal diri bisa sederhana, bisa dahsyat, bisa dramatis bisa pula romantis. Sedang yang paling mengenal diri kita adalah Pencipta kita. Bukan diri kita,” ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa memohon kepada Allah agar dikenalkan pada diri sendiri ialah menurut Allah, bukan menurut diri sendiri. “Mohonlah kepada Allah agar kita dikenalkan siapa diri menurut Dia bukan menurut kita. Agar kita mengenal-Nya menurut kehendak-Nya,” tandasnya. (Fathoni)