Nasional KONGRES KE-17 MUSLIMAT NU

Rais Aam PBNU Jelaskan Pengecualian Suksesi di Tubuh Muslimat

Sab, 26 November 2016 | 10:12 WIB

Jakarta, NU Online
KH Ma'ruf Amin, Rais Aam PBNU bersama Ketum Muslimat terpilih Hj Khofifah Indar Parawansa mendampingi Wakil Presiden Republik Indonesi, H Jusuf Kalla menabuh rabana secara bersamaan menutup Kongres XVII Muslimat NU, Sabtu (26/11) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.

Sebelumnya, KH Ma'ruf Amin mengatakan dalam sambutannya, Muslimat NU itu satu-satunya badan otonom NU tertua. Banom NU yang paling banyak amal sosialnya, mulai dari rumah sakit, pendidikan, ekonomi, dan koperasi yang hingga menyentuh masyarakat bawah.

Setelah itu, satu kekuatan Muslimat yang paling memberikan pengaruh adalah karena pengurus Muslimat kebanyakan istri dari kiai NU. "Bahkan orang tuanya kiai NU," kata Kiai Ma'ruf.

Kiai Ma'ruf Amin dihadapan Wakil Presiden dan peserta Kongres mengucapkan selamat sukses atas terselenggaranya Kongres XVII Muslimat dan terpilihnya Khofifah. 

Sebagai pimpinan tertinggi di NU, Kiai Ma'ruf mengatakan, aturan PBNU untuk ketua badan otonom maksimal dua periode. Karena ini sudah menjadi keinginan dari seluruh anggota Muslimat se-Indonesia, maka PBNU menghormati pilihan dan keinginan para anggota Muslimat.

Kiai Ma'ruf menjelaskan, di PBNU itu ada dua hukum. Pertama, hukum asli yang tertera dalam AD/ART NU dan kedua hukum isti'na atau hukum pengecualian. "Muslimat NU ini badan otonom yang memiliki hukum pengecualian," tegas Kiai Ma'ruf Amin disambut tepuk tangan meriah.

Dalam Kongres Ke-17 Muslimat NU ini, Khofifah dipilih secara aklamasi oleh 34 pengurus wilayah, 525 pengurus cabang, dan 4 pengurus cabang istimewa (Hongkong, Arab Saudi, Malaysia, dan Sudan) yang memiliki hak suara dalam kongres. 

Dengan demikian, perempuan kelahiran Surabaya 51 tahun lalu ini memegang pucuk pimpinan Muslimat NU selama 4 periode (2000-2021). (Rof Maulana/Fathoni)