Nasional

Remaja Citayam Fashion Week Perlu Diberi Ruang Ekspresi yang Lebih Positif

Jum, 29 Juli 2022 | 12:00 WIB

Remaja Citayam Fashion Week Perlu Diberi Ruang Ekspresi yang Lebih Positif

Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.(Foto: kompas.com)

Jakarta, NU Online

Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) di Dukuh Atas, Tanah Abang, Jakarta Pusat turut membuka jendela kondisi sosial wilayah penyangga ibu kota akhir-akhir ini. Banyaknya anak muda usia tanggung (anak baru gede) memperagakan busana tak lazim atau nyentrik di atas zebra cross Dukuh Atas ini menui pro dan kontra di masyarakat.Ā 


Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU), Ervi Siti Zahroh Zidni Maā€™ani mengungkapkan, ada masyarakat yang mengapresiasi cara kreatif remaja mengekspresikan diri melalui fashion. Ada juga yang menilai bahwa aksi para remaja dapat memicu munculnya kriminalitas. Sehingga perlu diberi ruang ekspresi yang lebih positif.


ā€œMasyarakat khawatir terjadinya tindakan kriminal karena makin bercampur-baurnya muda-mudi dalam memperlihatkan aurat, berpegangan tangan atau berpelukan di muka umum. Kadang kala menjadi pemandangan biasa anak di bawah umur,ā€ ujar Ervi kepada NU Online, Kamis (28/7/2022).Ā 


Lebih dari itu, perkumpulan yang tanpa mengenal batas waktu dan hadirnya remaja laki-laki menyerupai perempuan dikhawatirkan melegalkan praktek homoseksual. Serta terganggunya pengguna jalan karena digunakan sebagai run way oleh para remaja.


ā€œAtas fenomena ini saya memiliki pertanyaan pribadi, apakah dengan waktu yang tanpa batas berkumpul ini para orang tua tidak merasa khawatir anaknya sering berkumpul dan nongkrong Ā di wilayah Sudirman ini? Apakah tidak ada pertanyaan bagaimana anaknya berkumpul dan bergaul di wilayah tersebut?ā€ keluhnya.


ā€œBagi saya sendiri jika memiliki anak yang ikut gandrung dengan fenomena ini merasa khawatir akan perangai, akhlak, dan cara bergaul anak-anak yang tanpa batas waktu. Saya akan berpikir bagaimana studinya? Bagaimana pakaiannya? Pantas atau tidak? Siapa yang dibawanya pergi? Dengan siapa bergaul? Pengaruh apa yang akan terjadi kepada anak saya?ā€ imbuh dia.


Ervi menjelaskan untuk melakukan pengurangan dampak negatif, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak. Para orang tua, guru, tokoh, dan pemerintah harus turut andil dalam memfasilitasi dan juga mengawasi anak muda dalam menghadapi Citayam Fashion Week.


ā€œPemerintah pusat maupun daerah harus menangkap fenomena ini dengan baik dan menyiapkan ruang serta perhatian khusus bagi anak muda yang terlibat dalam Citayam Fashion Week agar para generasi muda lebih terarah dan mampu mewadahi hobi dan kreativitasnya,ā€ kata Dosen Universitas Indonesia ini.


Bonus demografi

Ervi menuturkan, kehadiran CFW ini tak bisa dipungkiri, munculnya komunitas ini merupakan tren baru di kalangan sekelompok anak muda sekaligus bagian dari bonus demografi. Sebab diikuti sekolompok anak muda milenial atau generasi Z yang berumur kisaran 15 sampai 25 tahun, karenannya penting diberi ruang.Ā 


ā€œMereka harus diberikan ruang untuk eksistensi dan diarahkan dengan baik agar menjadi bonus demografi yang positif, ruang eksistensi dibutuhkan mereka kemungkinan karena tidak didapatkannya di wilayah asalnya yakni pinggiran Jakarta,ā€ jelasnya.


Dampak positif munculnya fenomena ini salah satunya ialah kreativitas para remaja sebagai conten creator di media sosial meningkat. Menurutnya, bagi para conten creator ini merupakan salah satu materi yang bisa dijadikan konten diberbagai media platform yang digunakannya.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad