Nasional

RMINU Ajak Nahdliyin Kampanyekan 'Covid-19 Bukan Aib'

Jum, 21 Agustus 2020 | 04:30 WIB

RMINU Ajak Nahdliyin Kampanyekan 'Covid-19 Bukan Aib'

Ketua Pengurus Pusat Rabitah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), KH Abdul Ghaffar Rozin saat menyampaikan sambutan di acara peluncuran Swab for Spiritual Heroes di RS Unipdu Medika, Jombang. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Rabitah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), KH Abdul Ghaffar Rozin meminta Nahdliyin tidak menganggap Covid-19 sebagai aib. Sehingga malu mempublikasikan ke khalayak saat terjangkit Covid-19. 


"Banyak tokoh pesantren yang menutup diri saat terkonfirmasi positif dan baru terbuka saat sembuh. Sehingga semua pihak perlu kampanye bahwa Covid-19 bukan aib," jelasnya saat peluncuran program Swab for Spiritual Heroes, Kamis (20/8) di Rumah Sakit Unipdu Medika, Jombang, Jawa Timur.


Pria yang akrab disapa Gus Rozin ini menambahkan, pesantren sebagai sebuah komunitas besar, akan sangat berbahaya bila menutup diri dari keberadaan pasien Covid-19 di sekitarnya.


Berdasarkan data yang dimiliki RMINU saat ini, ada sekitar 24 pesantren yang sudah memiliki riwayat penularan Covid-19. Hal ini bagi Gus Rozin tidak bisa dianggap remeh. Perlu cara keras untuk mengatasinya. 


Apalagi saat ini tren masyarakat menitipkan putra-putrinya cukup tinggi di pesantren. Pesantren di Indonesia ada sekitar 28.800, sementara yang jadi anggota RMINU sebanyak 23.370 atau mayoritas.


"Informasi yang kita dapat ada 24 pesantren yang terdapat Covid-19, 6 di antaranya jadi klaster Covid-19. Perlu upaya serius menangani hal ini," imbuhnya.


Gus Rozin menjelaskan, RMINU sejak bulan Maret 2020 sudah fokus pada upaya menangani Covid-19. RMINU sudah mengeluarkan begitu banyak edaran terkait protokol kesehatan. Karena sadar pesantren akan memiliki dampak besar dengan datangnya pandemi ini.


Penyakit menular sejak lama memang menjadi masalah di pesantren. Saat ini, kecepatan penularan Covid-19 membuat alarm bahaya semakin keras bunyinya.


"Mungkin sejak Maret 2020 hingga sekarang uban saya sudah tambah 100 persen selama pandemi ini karena konsentrasi yang tinggi terhadap Covid-19," tambahnya.


Dalam hitungan Gus Rozin, ada beberapa masalah yang dihadapi pesantren saat ini terkait Covid-19. Pertama kesulitan dalam biaya swab test, kedua kesulitan insfrastruktur, dan ketiga kurang percaya alat tes karena khawatir divonis Covid-19. 


"Tiga hal ini mulai teratasi dengan ada bantuan PCR dari National Hospital yang dikirim dari Swis. Kita satu langkah lebih maju. Perlu komitmen bersama untuk melakukan swab test. Agar pesantren di sekitar Jombang bisa mendapatkan swab gratis," tegas tokoh yang tinggal di Pati ini.


Gus Rozin menyebutkan, swab test penting dilakukan di pesantren karena pengelola pesantren banyak bergerak di kultural. Efeknya tentu sering ketemu masyarakat. Apalagi sistem tinggal di pesantren yang model asrama yang memungkinkan virus cepat menyebar.


Mengatasi hal ini, RMINU memulai dengan mengajak para aktivis dan pengurus pesantren seringkali berdiskusi melalui virtual dalam rangka menyamakan frekuensi dan membuat sistem kerja sama yang berlanjut serta terstruktur.


"Kita mulai kampanye masif bahwa Covid-19 bukan aib, perlu ditangani dengan serius dari Jombang. Dipilihnya Jombang karena pusat pesantren dan lahirnya Nahdlatul Ulama," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin