Jakarta, NU Online
Dewan Penasihat Asosiasi Rumah Sakit Nahldatul Ulama (ARSINU) Daeng M Faqih, mengatakan ada beberapa persoalan dalam penyelenggaraan layanan kesehatan melalui rumah sakit.Ā
āRumah sakit dapat dikatakan sebuah entitas yang padat modal karena memerlukan modal yang besar; padat tenaga karena memerlukan tenaga ahli seperti dokter, perawat, dan bidan,ā kata Daeng dalam diskusi āPeluang Rumah Sakit Jejaring ARSINU sebagai Wahana Internshipā.Ā
Diskusi tersebut digelar menjelang Pelantikan dan Rapat Kerja Asosiasi Rumah Sakit NU (ARSINU), di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (6/12) siang.
Hal itu menyebabkan tingkat kesulitan yang luar biasa, baik dalam membangun maupun membina rumah sakit. Daeng menambahkan tingkat kesulitan ditambah lagi oleh padatnya masalah.Ā
āSaya melihat adanya dua hal sebagai padat masalah. Pertama pengharapan masyarakat dan apa yang terjadi di rumah sakit tidak sama. Siapa pun orangnya dan di rumah sakit mana pun, pasti berharap kalau masuk rumah sakit bisa sembuh sempurna,ā kata Daeng.
Padahal, kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), kebanyakan di rumah sakit tidak sama dengan harapan masyarakat. Namun, tugas dokter dan rumah sakit memang memberikan pertolongan.
āAda pasien yang selamat tapi tidak sembuh sempurna ataupun masih ada sisa-sisa dari perawatan,ā ujar Daeng.
Persoalan kedua adalah persespi rumah sakit dengan dengan masyarakat yang berbeda. Misalnya bila pihak rumah sakit ingin melakukan observasi terhadap pasien, masyarakat menganggap bahwa pasien tersebut dibiarkan saja. Juga bila ada dokter yang mengajak pasiennya mengobrol, dianggap hanya mengobrol saja.
Hal lainnya adalah adanya kekrtitisan masyarakat, karena rumah sakit yang ada banyak yang mementingkan komersial, sehingga untuk berobat ke rumah sakit harus mengeluarkan dana yang besar.
Persoalan-persoalan tersebut sesunggunya adalah peluang, termasuk bagi rumah sakit NU. Lembaga sosial keagamaan seperti NU, sebut Daeng, salah satunya berfungsi membina umat. Dengan jumlah warga NU yang banyak, maka peluang pendirian rumah sakit NU juga lebih banyak.Ā
āTinggal bagaimana caranya. NU potensi banyak. Warganya juga banyak. Jangan sampai yang sakit kita (warga NU) yang membina justru orang lain. NU jangan kalah dengan yang lain,ā tegas Daeng.
Ia pun mempertanyakan mengapa warga NU banyak yang memaanfaatkan rumah sakit non-NU yang didesain komersial dan lebih mahal.Ā
Daeng mengatakan, pihaknya melalui IDI dapat membantu penyediaan tenaga medis. Kehadiran rumah sakit NU diyakini akan berperan dalam mengatasi persoalan komersialiasi dan mahalnya biaya berobat di rumah sakit. (Kendi Setiawan/Fathoni)