Banjar, NU Online
Di tengah riuh sambutan warga Kota Banjar, Jawa Barat, presiden Joko Widodo yang didaulat membuka perhelatan Munas dan Konbes NU 2019, Rabu (27/2) di Pondok Pesantren Miftahul Huda Citangkolo, Langensari, Kota Banjar menyinggung fitnah yang mengarah kepadanya oleh tiga orang emak-emak di Karawang jika terpilih menjadi Presiden untuk kedua kalinya.
Dalam sambutannya di panggung utama, selain menyampaikan terima kasih atas kontribusi besar NU, tantangan revolusi industri 4.0, penguatan sumberdaya manusia, dan pentingnya persaudaraan antarbangsa, Jokowi juga menyinggung persoalan hoaks dan fitnah.
Menurutnya, hajatan besar yang berkaitan langsung dengan masyarakat seperti pemilihan bupati, pemilihan walikota, pemilihan gubernur, maupun pemilihan presiden hendaknya harus direspon dengan baik.
Mantan Wali Kota Solo itu menjelaskan, kalau ada fitnah-fitnah dan isu-isu, apalagi dari pintu ke pintu, masyarakat tidak boleh tinggal diam karena perilaku buruk tersebut dapat memecah belah persaudaraan.
“Kalau yang disampaikan baik, tidak apa-apa, silakan. Tapi kalau kalau yang disampaikan menimbulkan keresahan, kita harus berani merespon,” ujar Jokowi dalam sambutannya.
“Misal, fitnah yang mengatakan bahwa pemerintah akan melarang adzan, logikanya di mana? Masuk atau tidak (dalam akal sehat)? Penelitian internal kami, ini ilmiah, 9 juta orang percaya dengan fitnah itu. Pemerintah juga difitnah akan melegalkan perkawinan sejenis, apalagi ini?” sambungnya.
Jokowi yang hadir mengenakan baju koko putih berbalut jas, sarung, dan peci menegaskan bahawa jika masyarakat tinggal diam, mereka akan termakan fitnah tersebut.
“Kabar menyesatkan seperti itu berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara,” ucap Jokowi.
Acara pembukaan Munas dan Konbes ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional di antaranya Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, serta kiai dan ulama dari berbagai daerah.
Hadir juga sejumlah menteri kabinet kerja Susi Pudjiastuti, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menkominfo Rudiantara.
Juga hadir Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa. Ulama internasional, Dr Taufiq Ramadhan Al-Buthi Suriah dan Syekh Musthafa Zahra Mesir.
Munas dan Konbes NU, forum tertinggi kedua setelah Muktamar NU yang berlangsung 27 Februari-1 Maret 2019 ini membahas problem-problem aktual dari sisi hukum Islam atau fiqih. Para ulama dan kiai dari 34 provinsi akan membahasnya dalam forum bahtsul masail.
Dalam forum Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Waqi’iyyah, NU akan mengurai dan membahas persoalan bahaya sampah plastik, perusahaan AMDK yang menyebabkan sumur warga kering, masalah niaga perkapalan, bisnis money game, dan legalitas syariat bagi peran pemerintah.
Kemudian, Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Maudluiyyah akan membahas tentang negara, kewarganegaraan, dan hukum negara serta konsep Islam Nusantara.
Sedangkan Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Qanuniyah akan membahas tentang RUU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha dan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.
Kegiatan Munas dan Konbes kali ini mengangkat tema besar Memperkuat Ukhuwah Wathoniyah untuk Kedaulatan Rakyat. Meneruskan tema tersebut, problem-problem yang dibahas di dalam forum bahtsul masail ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat secara umum. (Fathoni)