Jakarta, NU Online
KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bukan orang NU pertama yang diundang menjadi pembicara di antara orang-orang Yahudi di Israel. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan salah satu tokoh yang getol berupaya meletakkan pondasi perdamaian antara Palestina dan Israel dengan menjadi pembicara di forum tertinggi, Kongres Yahudi.
Bahkan, Gus Dur membuat para Rabi Yahudi menitikkan air mata karena Gus Dur berpidato dengan menggunakan bahasa Ibrani dengan fasih tanpa teks. Selain itu, pesan perdamaian yang dilontarkan Gus Dur turut memotivasi para Rabi Yahudi bahwa kemanusiaan menjadi faktor penting dalam memandang setiap konflik. Setidaknya, dampak positifnya ialah tidak semua Yahudi mendukung langkah militer Israel ke Palestina.
Kisah para Rabi Yahudi menangis oleh pidato Gus Dur dikisahkan Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim.
“Dulu Gus Dur malah jadi pembicara utama Kongres Yahudi di Israel,” ungkap Kiai Luqman, dikutip NU Online, Senin (11/6) lewat akun twitter pribadinya @KHMLuqman menanggapi polemik ramainya Gus Yahya yang menjadi pembicara di American Jewish Committee (AJC) Global Forum di Yerusalem pada Ahad (10/6/2018).
Kiai Luqman mengungkapkan, para Rabi Yahudi yang hadir menitikkan air mata, Gus Dur berbicara dengan bahasa Ibrani tanpa teks. Usai berpidato, Gus Dur disambut tepuk tangan panjang, bahkan tepuk tangan terpanjang di dunia sampai 15 menit.
“Dakwah kemanusiaan yang dahsyat,” ujar Kiai Luqman.
Terkait kepergiaannya ke Israel saat awal menjadi Ketua Umum PBNU, Gus Dur ditentang oleh para kiai NU sendiri karena dilakukan ketika konflik Israel dan Palestina sedang memanas.
“Tapi efeknya mengejutkan dan positif bagi dunia Islam. Pemikirannya yang mendunia membuat dia diangkat jadi Presiden Perdamaian Agama Samawi,” jelas Kiai Luqman.
Lebih dari itu, Kiai Luqman menerangkan, di dunia ini setelah era Imam Al-Ghazali dan Ibnu Arabi, tidak ada lagi tokoh pemikir dunia yang menjadi program jurusan di sebuah universitas terkenal di dunia, kecuali Gus Dur.
“Di University of Pennsylvania ada Jurusan Pemikiran Abdurrahman Wahid,” tandas kiai kelahiran Madiun, Jawa Timur ini. (Fathoni)