Nasional

Said Agil al-Munawar Akui MTQ Gelaran Keagamaan Besar Umat Islam

Sel, 10 Agustus 2021 | 16:00 WIB

Said Agil al-Munawar Akui MTQ Gelaran Keagamaan Besar Umat Islam

Pakar Tafsir Al-Qur’an Said Agil Husin al-Munawar. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur’an Said Agil Husin al-Munawar mengatakan, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) diakui sebagai gelaran keagamaan umat Islam terbesar dalam rangka memuliakan Al-Qur’an. Dari seluruh aspek perlombaan, Indonesia tercatat sebagai negara yang paling banyak melaksanakan cabang-cabang perlombaan Qur’an. 


Diceritakan, pada pelaksanaan MTQ Nasional pertama kali pada 1968 silam di Makassar, yang dimusabaqahkan hanya satu cabang perlombaan, yakni Tilawah Qur’an. Tak lama setelah itu, pada 1980 Arab Saudi megadakan perlombaan tingkat internasional dengan menambahkan lima cabang perlombaan.


“Yaitu hafalan al Qur’an 30 juz beserta tafsirnya satu juz yang ditetapkan, hafalan 20 juz, 10 juz, dan satu juz tilawah. itu semua berlangsung sampai sekarang,” kata Said Agil al-Munawar saat menjadi pembicara kunci di acara Penutupan MTQ Virtual PCINU Sudan, Selasa (10/8) malam.


Ia menerangkan, kontinuitas Indonesia mengikuti setiap cabang perlombaan membuatnya semakin berkembang dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an (tafsir). Bahkan, bidang tafsir juga dijadikan sebagai bidang yang diperlombakan dalam Musabaqah Tahfidzul Qur’an.


“Yang disebut dengan Musabaqah Fahmil Qur’an,” terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.


Bagi dia, MTQ diharapkan menjadi sarana memotivasi generasi muda untuk cinta pada Al-Qur’an. Adapun wujud cinta kepada Al-Qur’an itu sendiri adalah dengan membacanya, menjadikannya alat komunikasi dengan Allah SWT, menghafalnya dan memahami isi kandungan dengan mengamalkannya.


“Ketika segala sesuatu kita fokuskan dan untuk Al-Qur’an, maka akan mendapatkan kemuliaan, kehormatan, kebesaran, dan keagungan dari Allah SWT,” tuturnya.


Mengutip sabda Nabi SAW: Man arada ayyatakallama ma’allahi fal yaqrail quran. (Barang siapa ingin bercakap-cakap dengan Allah, hendaknya ia membaca Qur’an). Dijelaskannya, jika seorang muslim membaca Al-Qur’an secara tartil dengan menerapkan ilmu tajwid, niscaya Allah janjikan kepada orang itu hidup berdampingan bersama para malaikat yang mulia.


“Begitupun kepada orang yang berusaha membaca Al-Qur’an dengan susah payah, maka Allah berikan ia dua pahala, atas bacaannya dan usaha dia membacanya,” jelas Menteri Agama Kabinet Gotong-Royong periode 2001-2004 itu.


Lebih lanjut, MTQ bagi Habib Said Agil menjadi sarana untuk memuliakan ahlul Qur’an yang dikatakan dalam hadits sebaggai ahlullah wa khassatuh (orang-orang istimewa di sisi Allah).


“Sebab itu, siapapun yang memuliakan ahlul Qur’an akan mulia di mata Allah, pun sebaliknya jika merendahkan maka balasan setimpal akan diterima bagi pelakunya,” imbuh Habib Said.


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Editor: Mushtofa Asrori