Nasional

Savic Ali: Kenapa Banser Hanya Latihan Fisik Tanpa Perang?

Sel, 23 Juli 2019 | 03:45 WIB

Savic Ali: Kenapa Banser Hanya Latihan Fisik Tanpa Perang?

Direktur NU Online Savic Ali saat mengisi Diklatsar Terpadu Dasar Banser Angkatan Kedua PAC GP Ansor Kebayoran Lama

Jakarta, NU Online
Direktur NU Online Savic Ali menyampaikan bahwa keberhasilan Banser dalam menjaga NKRI bukan diukur dari sejauh mana mereka sanggup mematahkan pengganggu NKRI di medan tempur. Keberhasilan Banser dapat dilihat dari wibawanya di hadapan mereka yang berupaya mengancam NKRI.

Demikian disampaikan Savic Ali di hadapan 58 peserta Diklatsar Terpadu Dasar Banser Angkatan Kedua PAC GP Ansor Kebayoran Lama di Yayasan Darul Maarif Al-Khalidiyyah, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat-Ahad, (19-21/7).

Savic yang juga pengelola web keislaman Islami.co mengilustrasikan capaian keberhasilan Banser dengan kehadiran satpam di sebuah rumah, ruko, atau sebuah wilayah kompleks perumahan.

Menurutnya, tugas satpam dinilai berhasil bukan hanya karena ia sanggup melumpuhkan penjahat. Tugas satpam itu dianggap berhasil karena kewibawaannya yang membuat penjahat membatalkan niatnya.

“Jadi kalau Banser latihan, jangan ditanya kapan perangnya. Ini pertanyaan keliru. Justru karena Banser terus latihan dan jumlah yang terus bertambah, mereka yang mencoba memaksakan ideologi kelompoknya di negara Pancasila ini berpikir dua kali untuk menjalankan propagandanya,” kata Savic.

Jumlah Banser saat ini kurang lebih 5 juta personel. Jumlah Banser jauh lebih banyak dibandingkan jumlah personel TNI. Sedangkan jumlah personel TNI mencapai sekitar 600 ribu.

“Jumlah Banser ini akan terus bertambah. Banser harus tenang, percaya diri, dan tidak baperan. Sebab, kalau baperan di medsos, jumlah sebesar ini akan butuh waktu untuk mengendalikannya. Banser harus tampak gagah dan tenang berwibawa. Ini yang membuat orang segan terhadap Banser. Minimal Banser percaya diri sehingga kepercayaan diri mereka yang berupaya mengancam NKRI menurun, down,” kata Savic.

Banser dan NU harus terus mendorong keharmonisan di tengah keragaman yang kaya masyarakat Indonesia. Menurutnya, Banser dan NU perlu terus mendorong terciptanya situasi sosial yang kondusif, damai, toleran, dan santun.

“Banser dan NU perlu mendorong upaya pencegahan terjadinya konflik sosial. Pasalnya, pemulihan sosial pascakonflik jauh lebih sulit dan memerlukan waktu lama. Konflik di Maluku sekira 20 tahun lalu menjadi pelajaran penting buat kita. Hingga kini proses pemulihan pascakonflik masih dilakukan,” kata Savic.

Ia menambahkan bahwa tugas Banser dalam konteks merawat kebinekaan dan NKRI cukup mulia. Banser berkewajiban untuk menjaga NKRI dan keragaman etnis, suku, agama, bahasa, dan kepercayaan yang ada di Indonesia.

“Gus Mus pernah bilang kepada Gus Dur, ‘Gus, kita ini kok dari zaman Mbah Hasyim sampai saat ini kok cuma jadi satpam?’ ‘Loh, kurang mulia apa kita kang menjadi satpam dari negara sebesar Indonesia ini,’ jawab Gus Dur. Jadi memang NU dan Banser ini tidak perlu diragukan komitmen kebangsaannya,” kata Savic Ali. (Alhafiz K)