Nasional

Sebelum Jadi Perusahaan Raksasa, Bos Amazon Hanyalah Penjual Buku Online

Sab, 16 Oktober 2021 | 23:00 WIB

Sebelum Jadi Perusahaan Raksasa, Bos Amazon Hanyalah Penjual Buku Online

Jeff Bezos (Foto:

Jakarta, NU Online
Dosen Sistem Informatika Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Handy Fernandi mengatakan, perlunya pelaku bisnis belajar e-bisnis dari perusahaan Amazon. Amazon, kata Handi, awalnya merupakan perusahaan kecil yang menjual buku online, namun sekarang berkembang menjadi perusahaan raksasa terbesar di Amerika Serikat, karena strateginya yang selalu menyesuaikan perkembangan zaman.

 

"Pendiri Amazon yaitu Jeff Bezos, memberi nama perusahaanya Amazon karena terinspirasi dari sungai terbesar yang ada di Amerika Serikat, hal itu bertujuan agar perusahaannya menjadi perusahaan terbesar layakanya Sungai Amazon," kata Handy saat mengisi Workshop Daring Membedah E-Bisnis Amazon, Jumat (15/10/2021).

 

 

Sejak tahun 1994 hingga sekarang, lanjut Handy, terbukti bahwa Amazon masuk ke dalam kategori empat perusahaan terbesar selain perusahaan Google, Apple, dan Facebook.

 

"Amazon didirikan Jeff Bezos pada tanggal 5 Juli 1994 di Bellevue Washington USA, awalnya ada 20 produk yang akan dijual di perusahaan tersebut, lalu Jeff Bezos menyeleksi menjadi lima produk yang akan dijual yaitu CD, hardware, sofwere video dan buku. Namun, ia memutuskan untuk menjual buku saja di masa itu, karena ia berpikir buku adalah produk yang tidak ada kadaluarsanya dan selalu dibutuhkan orang," jelas Handy pada workshop yang diadakan berkat kerja sama UNUSIA dengan NU Online.

 

Pada tahun 1998, menurut pemaparan Handy, Jeff Bezos mulai memperluas penjualannya dengan menjual produk elektronik yang awalnya sudah direncanakan. Kurang dari satu tahun Amazon berhasil menjadi e-commerce yang tidak hanya menjual buku, namun juga menjual produk elektronik, mainan dan produk lainnya.
 

AWS, penyelamat Amazon yang nyaris bangkrut
Handy lalu menjelaskan bahwa setelah naik daun ternyata Amazon pernah nyaris bangkrut karena mulai banyak saingan. Jeff Bezos memutar otak agar perusahaan tersebut tidak hanya tinggal nama, akhirnya pada tahun 2002 Amazon meluncurkan Amazon Web Service (AWS) yaitu sekumpulan layanan berbasis Cloud Computing.

 

"Sampai saat ini 65 persen penghasilan Amazon berasal dari AWS yang menyediakan layanan infrastruktur kunci bisnis dunia sebagai akses penawaran produk dari suatu perusahaan ke perusahaan lainya," beber Handy.

 

Handy menceritakan bahwa Amazon saat ini kaya bukan karena Amzon.com, namun karena adanya Amazon Web Service (AWS) yang melahirkan Amazone Prime, Alexa dan Twitch. AWS ini merupakan penyedia server bagi pelanggan yang ingin membeli berbagai produk.

 

"Jeff Bezos membuat strategi, agar pelanggan tetap membeli berbagai produk di satu tempat yaitu Amazon, sehingga banyak layanan produk yang tersedia di e-commerce ini termasuk layanan pengiriman barang, yang otomatis ada di aplikasi tersebut” ungkap Handy Fernandy.
 

Kegiatan e-bisnis yang dilakukan Amazon merupakan lingkup yang lebih besar dari e-commerce, karena kegiatan e-bisnis ini bertujuan menerpakan teknologi informasi, serta memperbaiki cara cara organisasi melakukan proses bisnis. Tidak hanya satu kegiatan transaksi yang dilakukan, melainkan cara penjualan, cara pembayaran, hingga cara pengiriman dilakukan oleh satu perusahaan. 

 

"Meskipun perusahaan lain memberi diskon, pelanggan di Amerika Serikat tetap tidak pindah tempat karena segala layanan disediakan di Amazone," ujarnya.

 

Ia menambahkan bahwa di Indonesia saat ini juga banyak perusahaan market place yang berkembang dan membawa pengaruh besar di dunia e-bisnis seperti Tokopedia, Shoppe, dan Lazada. Perusahaan di Indonesia juga bisa melakukan e-bisnis yang dilakukan Amazone dengan strategi yang sederhana, namun membawa pengaruh besar. Hanya saja keterbatasan modal menjadi penghambat pelaku bisnis di Indonesia, padahal sebenarnya masyarakat Indonesia adalah tipe masyarakat yang terbuka dengan perkembangan teknologi.

 

"NU Online bisa juga dibesarkan menjadi sebuah marketplace, misalnya NU marketplace, atau menyediakan fitur yang mengarahkan pada buku-buku fiqih, sehingga tidak hanya menyediakan layanan berupa tulisan saja," imbuhnya.
 

Kontributor : Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan