Nasional

Sekjen ISNU: Kita Harus Bersyukur NU Hampir 1 Abad Usianya

NU Online  ·  Jumat, 1 Februari 2019 | 11:15 WIB

Sekjen ISNU: Kita Harus Bersyukur NU Hampir 1 Abad Usianya

Istighotsah dalam rangka Harlah ke-93 NU di PCNU Kota Pekalongan

Pekalongan, NU Online
Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) HM Kholid Saerozi mengatakan, warga NU harus bersyukur dan terus menjaga eksistensi jam'iyah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi terbesar di dunia yang hampir memasuki usia satu abad. 

"Sebab bagi sebuah kelompok, organisasi sekuat apapun, tidak mudah memiliki umur yang sangat panjang," ujarnya di hadapan ratusan peserta 'Istighosah dan Dialog Interaktif' dalam rangka memperingati hari lahir ke 93 NU yang dihelat Pengurus Cabang NU Kota Pekalongan Kamis (31/01) malam di Gedung Aswaja Kota Pekalongan. 

Ia menunjukan sejarah kekuatan yang pernah dibangun dan berdiri di dunia bisa bubar, jika yang ada di dalamnya tidak bisa melestarikan dan menjaganya. 

Ia mencontohkan kekuatan negara Uni Soviet itu belum ada seratus tahun tapi negaranya sudah bubar, kemudian banyak perusahan yang kolap. Partai politik juga ada yang bubar belum seratus tahun, bahkan agama saja dalam sejarah ada yang bubar, apalagi sekelas ormas sudah banyak yang bubar. 

"Makanya, di tengah umur NU jelang satu abad masih berdiri kokoh di Nusantara bahkan sudah tersebar di beberapa negara lain, kita sebagai warga NU khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya harus bersyukur," terang Kholid. 

Kholid Saerozi mengigatkan, agar warga NU dapat melewati momentum harlah ini dengan baik. Utamanya di tahun politik yang rentan dengan perselisihan, harus menjadi pemersatu bangsa.
 
"Politik NU itu politik kebangsaan, maka lihatlah para kiai-kiai kita yang selalu menjadi peredam dan pengayom umat. Maka, sebetulnya tidak ada gen bagi warga NU itu bersikap provokasi, menghujat apalagi suka menabar hoaks, yang ada NU itu adem," tegasnya. 

Kholid juga menyampaikan pentingnya memperbaharui komitmen kebangsaan warga NU di momentum harlah ke 93. Sebab dalam kancah perjalan agama Islam saat itu, NU lahir sebagai respon kekejaman Wahabi di Hijaz untuk menjaga ajaran Islam Aswaja, sedangkan secara politik NU lahir sebagai upaya untuk mempersiapkan kelahiran NKRI sebagai Darussalam (Negara Damai). 

"Melalui Komite Hijaz pada waktu itu, kiai-kiai NU dapat membendung kejaman Wahabi, dan melalui resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari, NU dapat menjemput kemerdekaan Indonesia," pungkasnya. 

Tampak hadir selain jajaran pengurus PCNU, hadir pula ratusan warga NU, baik Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, IPNU IPPNU dan PMII Kota Pekalongan. (Muiz