Nasional SIMPOSIUM ISLAM NUSANTARA

Simposium Internasional Islam Nusantara Bangun Paradigma Ilmu Pengetahuan

Sen, 30 Agustus 2021 | 06:45 WIB

Simposium Internasional Islam Nusantara Bangun Paradigma Ilmu Pengetahuan

Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Ahmad Suaedy saat Simposium Islam Nusantara, Senin (30/8). (Foto: dok. FIN Unusia)

Jakarta, NU Online

Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Simposium Islam Nusantara, selama dua hari, pada Senin-Selasa (30-31/8/2021). Acara ini mengangkat tema Kosmopolitanisme Islam Nusantara: Jejak Spiritual dan Intelektual Nusantara di Jalur Rempah.


Dekan Fakultas Islam Nusantara Unusia Jakarta Ahmad Suaedy menjelaskan bahwa tema yang diangkat itu memiliki beberapa tujuan penting. Di antaranya ingin menempatkan agama sebagai garda atau pengawal transformasi untuk kesejahteraan masyarakat dan perdamaian dunia. 


“Kami juga ingin membangun paradigma ilmu pengetahuan yang berbasis pada tradisi kenusantaraan, keislaman, serta dinamika sosial-politik dan ekonomi Nusantara. Dalam waktu yang sama, dengan tema ini, kami ingin memperkuat perspektif memperkokoh epistemologis serta mendorong tradisi riset yang lebih kuat di bawah tema Islam Nusantara,” tutur Suaedy, dalam pembukaan Simposium Islam Nusantara, Senin (30/8). 


Ia lantas menjelaskan sejumlah rangkaian yang telah dilakukan sebelum acara simposium digelar. Salah satunya debat akademik tentang Islam Nusantara. Hal ini yang membuat Suaedy sangat bergairah dan meningkatkan energi untuk terus melakukan penelitian, serta pengembangan riset. 


“Juga ada empat kali kuliah umum yang diberikan oleh para senior intelektual baik dari luar maupun dalam negeri. Dua acara itu dimaksudkan untuk meningkatkan energi kami dan semangat kami untuk terus melakukan penelitian,” terang Suaedy.


Lalu ada pula kegiatan pameran jalur rempah, khususnya di Nusantara yang dikaitkan dengan berbagai dokumen pra-kolonialisme sekitar abad 9-16, terutama yang ada di Timur Tengah, India, dan Eropa. Secara resmi, pameran jalur rempah itu diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.


“Tema tentang Islam Nusantara, terutama pra-kolonial akan menjadi salah satu topik yang akan kami kembangkan di masa-masa yang akan datang,” terang Suaedy.


Dijelaskan, Simposium Internasional Islam Nusantara 2021 ini merupakan kelanjutan dari simposium sebelumnya yang diselenggarakan pada 2020, di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jl Kramat Raya 164 Jakarta. Ketika itu tema yang diambil adalah Islam Nusantara dan Tantangan Global. 


Tantangan global yang dimaksud itu berupa ancaman terhadap kemanusiaan, perdamaian, serta menguatnya sektarianisme, rasisme, dan radikalisme agama di berbagai negara bangsa di seluruh dunia. 


“Begitu juga tentang kenyataan adanya kemiskinan dan ketimpangan yang perlu menjadi agenda kita semua,” katanya. 


Ia menyambut baik antusiasme dan partisipasi dari para intelektual, akademisi, budayawan, serta aktivis yang terlibat dalam simposium ini. Panitia menerima 168 abstrak dan diseleksi sehingga hanya 70 abstrak yang akan dipresentasikan hari ini hingga besok. 


Acara ini juga melibatkan 24 narasumber internasional, 11 moderator, 15 fasilitator, serta kepanitian resmi dari Unusia Jakarta dengan berkolaborasi bersama Universitas Indonesia, Kemendibukristek, serta lima asosiasi ilmu pengetahuan yang mendukung untuk menyeleksi ratusan abstrak itu.


Kelimanya adalah Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI).


Simposium ini juga mengundang partisipasi dari para intelektual bereputasi internasional, di antaranya Guru Besar Humaniora di Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Kyoto Jepang Michael Feener, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, Peter Carey, Mahmood Kooria, Oman Fathurrahman, dan Elaine Van Daelen.


Paper-paper yang telah dipresentasikan itu akan diterbitkan dalam bentuk buku dan jurnal. Sementara bagi mereka yang abstraknya tidak lolos, juga bisa mengikuti simposium dengan lengkap secara gratis. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad