Nasional

Soal Negara Islam, Gus Yusuf: Kurang Islam Apalagi Indonesia Hari Ini?

Kam, 30 Mei 2019 | 10:30 WIB

Soal Negara Islam, Gus Yusuf: Kurang Islam Apalagi Indonesia Hari Ini?

KH Yusuf Chudlori (Foto: Ist.)

Jakarta, NU Online
Ada orang sering mengatakan: "Mari kalau ingin menyelamatkan Indonesia berlakukan syariat Islam di negara ini. Kita dirikan Negara Islam Khilafah Islamiyah", dan macam-macam propaganda yang sering kita dengar. Namun sebenarnya jika sadar dan dicermati dengan cara yang sederhana saja, Indonesia sudah memberlakukan syariat Islam.

Demikian dikatakan Pengasuh Pesantren Tegalrejo, Magelang Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) melalui akun Facebook Gus Yusuf Channel, Rabu (29/5).

"Kurang Islam apalagi Indonesia hari ini? Anda membayangkan syari'at Islam itu pencuri potong tangan, rajam bagi yang zina, hukum pancung. Ngeri seakan-akan Islam itu. Padahal kalau kita ingin mengetahui, syari'at Islam itu luas sekali. Hampir setiap hari kita sudah menjalankan, kok," tegasnya.

Umat Islam di Indonesia diberi kebebasan dan keleluasaan menjalankan shalat menurutnya sudah merupakan syari'at Islam. Umat Islam sudah bisa membayar zakat, itu juga merupakan syari'at Islam. Bisa menghormati orang tua, itu juga tuntunan syari'at Islam.

"Bagaimana kita bertetangga yang baik, saling menghormati terhadap tetangga, meskipun kita berbeda suku, berbeda bangsa berbeda agama, kita saling menghormati, itu juga syari'at Islam," jelasnya.

Makna syari'at secara tekstual jelas Gus Yusuf adalah jalan. Syariat Islam berarti jalan tuntunan agama Islam. "Jadi kita tidak perlu bermimpi terlalu jauh. Kita jalankan syariat keseharian kita," ajaknya.

Ia pun prihatin terhadap kelompok yang bermimpi mendirikan syari'at Islam tetapi justru tidak melalui jalan-jalan yang islami. Mereka ingin mendirikan syari'at Islam tetapi dengan mencaci-maki orang lain bahkan menyakiti orang lain. Menurutnya hal itu adalah impian-impian kosong.

"Mari kita kembalikan lagi bahwa syari'at Islam adalah keseharian kita tanpa harus diformalkan karena kita hidup dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Islam menjadi ruh. Islam akan menjadi pancaran hidup umat manusia tanpa harus kita bersusah-payah berdebat, bersusah-payah untuk menformalkan," ajaknya.

Jika hal ini dipaksakan, maka justru akan terjebak pada formalitas dan melupakan esensi serta hakikat Islam itu sendiri. Sebuah langkah mendirikan Negara Islam tetapi dengan cara-cara yang tidak Islami. (Muhammad Faizin)