Nasional

Soal Perdamaian Dunia, Gus Yahya Sebut Islam Moderat Jalan Menuju Cahaya

Kam, 12 Mei 2016 | 14:03 WIB

Jakarta, NU Online
Katib Aam Nahdlatul Ulama (NU) KH Yahya Cholil Staquf  (Gus Yahya) menyampaikan pidato pembukaan forum internasional Global Unity Forum yang diinisiasi GP Ansor di The Hotel Acacia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (12/5) siang. Pada kesempatan ini Gus Yahya menegaskan bahwa forum ini merupakan bentuk kelanjutan dari semangat perdamaian dunia yang disuarakan NU pada forum internasional empat hari lalu, (9-11/5).

Pertemuan ini mengambil tema From the Battleground on Religious Radicalism to the Common Ground of Peaceful Coexistence: Manifesting the Unity of Mankind (Ummatan Wahidan) through Global Unity Forum.

Menurut Gus Yahya, kita secara jujur dan tegas harus mengakui, sumber atau faktor yang paling mempengaruhi terjadinya krisis keamanan dunia adalah dari kesalahpahaman soal agama. Dalam hal ini, saat berbicara tentang ekstremisme Islam harus diakui bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah dari elemen Islam itu sendiri.

Gus Yahya menyebutkan, pengakuan yang jujur semacam ini belum pernah dilakukan oleh siapa pun, khususnya dari kalangan Islam saat membicarakan terorisme dan radikalisme. Selama ini yang sering kita dengar adalah penyangkalan dan pernyataan yang menolak hubungan antara masalah radikalisme dan Islam.

Penyangkalan semacam itu terbukti tidak pernah menghasilkan solusi atas masalah yang dihadapi. Itu sebabnya persoalan radikalimse Islam tidak pernah selesai. Padahal bila tidak jujur mengenai apa yang menjadi sumber masalah, kita tidak bisa mencari jalan keluarnya.

Menurut Gus Yahya, syarat pertama sebagai upaya jalan keluar dari krisis ini adalah kejujuran dalam memandang masalah. Harus diketahui pula masalah itu tidak berwajah tunggal, melainkan sangat kompleks yang mengandung dimensi terkait secara rumit. Strategi parsial tidak akan menghasilkan jalan keluar yang kita inginkan.

Syarat kedua adalah pendekatan komperhensif, bahwa masalah harus didekati secara global karena sifat masalah ini juga global. Dalam Deklarasi NU disebutkan pula bahwa tekad NU adalah mengambil inisiatif dan melaksanakan strategi yang konkret dalam rangka mencari jalan keluar dari krisis Islam yang telah mewujud menjadi krisis kemanusiaan, terbukti dengan meninggalnya ratusan ribu atau bahkan jutaan orang.

Satu peradaban besar bisa hancur dan ini memang masalah yang luar bisa. Sayangnya hampir tidak ada pihak yang mempunyai gagasan inisiatif untuk memecahkan masalah. NU dan Indonesia punya potensi besar sekaligus posisi yang tepat memulai strategi pemecahan krisis kemanusianan ini.

Masalah tersebut tidak mudah dan pasti upaya yang ditempuh juga tidak mudah. Seorang kawan dari Kanada, demikian Gus Yahya, mengatakan bahwa gagasan NU sangat ambisius.

“Tapi saya katakan ini bukan soal ambisi. Masalahnya ini adalah satu-satunya titik terang yang kita lihat di kejauhan, di tengah-tengah sekitar yang seluruhnya gelap gulita. Kita tidak punya pilihan selain berjalan ke arah cahaya itu, apa pun halangan yang dihadapi, karena kita ingin bebas dari kegelapan.”

Global Unity Forum ini menandai dan sebagai langkah awal yang konkret bahwa NU sedang bergerak penuh tekad. Kita tidak akan berhenti sampai tujuan yang kita cita-citakan tercapai, kata Gus Yahya di hadapan ratusan peserta yang berasal dari organisasi pemuda berbagai agama. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)