Nasional

Soekarno, Peci Hitam, dan Peziarah di Baghdad

Sel, 14 November 2017 | 11:01 WIB

Jakarta, NU Online 
Di majalah sastra Horison, pernah memuat cerita Asrul Sani, sutradara terkenal yang pernah aktif di Lesbumi NU dan pernah menjadi anggota DPR RI dari NU. Di majalah tersebut diceritakan bahwa dia pernah menunaikan ibadah haji. Waktu itu, masih menggunakan kapal laut sehingga harus singgah di banyak pelabuhan. 

Ketika Asrul Sani menumpang taksi di sebuah negara di Afrika. Ketika di dalam mobil, keduanya terjadi interaksi. Lalu tahulah si sopir bahwa penumpangnya itu berasal dari Indonesia. 

Sopir berkata dalam bahasa Inggris terpatah-patah, “oh ia Indonesia, Soekarno… Soekarno pemimpin kami." 

Dan sopir pun enggan menerima ongkos taksi yang yang dibayarkan Asrul Sani. Bagi si sopir, presiden yang selalu mengenakan peci hitam itu bukan saja pemimpin Indonesia, tapi pemimpin Asia dan Afrika serta Amerika latin.

Tentang presiden pertama tersebut dialami juga oleh Abdul Hakim yang sedang berziarah ke makam-makam wali di Timur Tengah. Sebagai seorang santri, ia mengenakan sarung dan peci hitam saat berziarah. 

“Di dan salah satu makam, ketika melihat peci yang saya kenakan, langsung menyapa salam dan menyebut nama Soekarno beberapa kali sambil mengacungkan jempol ke hadapan saya. Sungguh lega hati ini banyak orang yang mengenal Indonesia dan Soekarno, banyak yang mendapat inspirasi dari beliau,” jelasnya kepada NU Online selepas berziarah ke makam Imam Hanafi di kota Baghdad Sabtu lalu (11/11). 

Sebelumnya, Hakim menceritakan ketika ia memasuki kota Baghdad. Setiap mobil yang akan memasuki kota itu selalu dihentikan tentara untuk diperiksa dengan ketat. Semua bawaan isi mobil dan penumpang diperiksa lengkap dan teliti. 

Saat salah satu tentara memeriksa mobil yang ditumpangi Hakim, wajahnya tampak tidak begitu ramah. Namun, sambil memeriksa, tentara itu sesekali menoleh peci hitam yang dipakainya. 

Ya, dia memperhatikan peci hitam. Dan anhenya, hal itu membuat para tentara hormat dan tersenyum ke rombongan mobil yang membawa Hakim. 

"Andunizi?" (Indonesia: maksud ucapannya). 

Na'am, ana min Indonesia (saya dari Indonesia).” (Abdullah Alawi)