Nasional

Studi Perdamaian Jadi Mata Kuliah Wajib di Pattani Thailand

Rab, 16 Januari 2019 | 13:00 WIB

Studi Perdamaian Jadi Mata Kuliah Wajib di Pattani Thailand

Universitas Fatoni Pattani (Dok. FTU)

Jakarta, NU Online
Perdamaian menjadi mata kuliah tersendiri di perguruan tinggi di Thailand. Secara otomatis, mahasiswa tidak akan lulus dari kampus sebelum menyelesaikan mata kuliah itu, Studi Perdamaian, dengan baik.

"Pelajar yang tidak mengambil mata kuliah tersebut tidak akan lulus," kata Kriya Langputeh, Pengajar Studi Perdamaian di Universitas Fatoni, Pattani, Thailand saat ditemui NU Online dalam acara Seminar International di JW Marriott, Kuningan, Jakarta, Selasa (15/1).

Mata kuliah tersebut, kata Langputeh, memuat berbagai kajian tentang rekonsiliasi, cara-cara perdamaian, dan pencegahan ekstrimisme.

Sementara itu, substansi pengajaran itu juga diterapkan di sekolah dasar dan menengah dengan kegiatan dialog dan berkemping bersama antarkeyakinan. Hal itu guna meningkatkan interaksi dan saling memahami satu sama lain.

"Itulah cara yang bagus untuk buat harmonisme di tengah masyarakat," kata Wakil Sekjen Religion for Peace-lnterreligious Council in Thailand itu.

Di negara yang mayoritas berpenduduk Budha itu, Langputeh juga menyatakan bahwa pemerintah membolehkan pelajaran agama Islam di sekolah dengan syarat tidak mengganggu ketentraman negara dan masyarakat umum.

"Pemerintah memberi kelonggaran Islam untuk membuat sistem pendidikannya sendiri sejak Taman Pendidikan Kanak-kanak (Tadika). Setelah itu pelajar harus mengambil primary school atau sekolah wajib enam tahun," jelasnya.

Setelah menyelesaikan studinya di sekolah wajib itu, lanjut Langputeh, pelajar boleh melanjutkan di sekolah menengah, baik negeri ataupun swasta. Muslim di sana, katanya, banyak yang memilih swasta mengingat di sekolah itulah para pelajar dapat juga belajar Islam.

"Banyak orang Islam yang memilih sekolah swasta. Pendidikan Islam ada disana. Sekolah swasta itu juga menggunakan kurikulum integrasi," terangnya.

Duta damai Pusat Internasional King Abdullah bin Abdul Aziz untuk Dialog Interkultural dan Interreligius, Wina, Austria itu juga menyebutkan pilihan lain bagi mereka yang ingin mendalami ajaran Islam tentu dengan belajar di pondok pesantren. Di negeri Gajah Putih itu, katanya, juga terdapat pondok pesantren yang khusus mengajarkan pengetahuan agama Islam sebagaimana di Indonesia. (Syakir NF/Fathoni)