Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menjelaskan tahapan mendidik anak berdasarkan umur. Hal ini penting dipertimbangkan agar bisa mencetak generasi yang baik.
“Membangun karakter bangsa hingga menjadi khoiro ummah dimulai dari mana? Dimulai ketika anda berhubungan suami istri, ketika istri mengandung, Ketika anak lahir hingga usia 7 tahun, saat 7 tahun kedua, dan 7 tahun ketiga. Ikuti penjelasannya dengan hati yang terbuka dan ikhlas,” jelas Kiai Luqman dikutip NU Online, Selasa (6/11) lewat twitternya.
Menurutnya, mungkin seseorang tidak terbayang saat berhubungan suami istri, mereka harus mempunyai wudhu dan terus berdzikir dalam hati.
“Tapi dari sanalah bila Allah menakdirkan jadi bayi, bahan bakunya sudah berdzikir, semuanya berdzikir. Ia lahir jadi putra dan putri suci yang penuh spirit dzikir. Dahsyat!” ucap Direktur Sufi Center Jakarta ini.
Kiai Luqman menjelaskan tahap-tahap yang perlu dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anak berdasar pengelompokkan umur:
Tujuh Tahun Pertama
Ajari bayi anda bicara dengan menyebut Allah Allah. Kata pertama yang ia ucapkan bukan mama, papa, tapi Allah Allah. Didoakan agar ia jadi Shaleh dan Salehah, beri contoh kata-kata, tindak kebajikan, bacaan shalat, di hafal surat pendek. Sentuh penuh kasih. Jangan ada kekerasan.
Tujuh Tahun Kedua
Ajari shalat, syarat dan rukun yang benar. Usia 7-10 tahun sedang dicetak karakternya, hati-hati jangan ada kekerasan fisik. Tiga tahun sangat menentukan. Di usia 10 tahun ke atas boleh ada pemukulan yang mendidik tapi tidak melukai, jangan sampai akhlaknya menyimpang hingga baligh.
Tujuh Tahun Ketiga
Memasuki usia baligh karakter sudah jadi. Anda didik penuh interaktif dialogis, jangan doktriner. Usia remaja sedang mencari jati diri, maka ajak dialog terbuka dengan telaah pandangan agama yang benar, pandangan para ulama yang beragam, tidak monolog hingga usia 21 tahun ia sarjana.
“Coba para ibunda ketika menyusui sembari detak jantungnya Allah Allah si bayi akan mengkonsumsi ASI yang berdzikir,” ujar Kiai Luqman menandaskan. (Fathoni)