Nasional

Tak Hanya Rugikan Fisik, Psikolog Unusia Sebut Banjir Bisa Ganggu Psikologis Warga Terdampak

Rab, 11 Januari 2023 | 15:00 WIB

Tak Hanya Rugikan Fisik, Psikolog Unusia Sebut Banjir Bisa Ganggu Psikologis Warga Terdampak

Warga melewati banjir bandang di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Jumat (6/1/2023). Ketinggian mencapai dada orang dewasa. (Foto: Dok. LPBINU Kota Semarang)

Jakarta, NU Online 
Banjir bandang disebabkan tanggul jebol melanda Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (6/1/2023) lalu. Ketinggian banjir dilaporkan mencapai 1,4 meter atau setinggi dada orang dewasa membuat warga setempat menyelamatkan diri ke atap rumah, menunggu dievakuasi oleh tim gabungan.


Selain kerusakan materi dan gangguan kesehatan, bencana banjir juga berdampak pada gangguan psikologis kepada warga terdampak. Hal ini disampaikan oleh Psikolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Rakimin.


“Banjir ini berdampak pada korban masyarakat sekitar baik secara fisik maupun mental. Secara fisik mereka membutuhkan bantuan kesehatan, sembako, materi maupun tempat pengungsian yang layak,” kata Rakimin kepada NU Online, Rabu (11/1/2023).


Sementara secara mental, lanjut Rakimin, warga korban terdampak membutuhkan dukungan psikososial atau Psychological First Aid (PFA), baik dalam bentuk material, sosial, psikis, dan spiritual itu sendiri. Hal ini karena, ketika banjir melanda ada proses mental yang terjadi pada korban, dari menolak (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression) hingga menerima (acceptance) kenyataan bencana yang telah terjadi.


“Ada beberapa gejala gangguan psikologis yang perlu mendapatkan perhatian kita semua, khususnya para relawan. Pertama, reaksi fisik seperti mual, keringat dingin, jantung berdebar dan susah tidur. Kedua, gangguan pikiran seperti bingung, susah konsentrasi, panik dan sulit mengambil keputusan,” jabar dia.


Selain itu, muncul juga gejala gangguan perilaku seperti menangis, tergesa-gesa, tidak sabar dan mudah tersinggung atau sensitif,” tambahnya. 


Korban rentan bencana banjir

Rukimin melanjutkan, korban banjir yang rentan mengalami traumatik biasanya kelompok ibu-ibu dan anak-anak. 


“Mereka akan mengalami kecemasan (anxiety), rasa takut (phobia), marah (anger), stres, depresi, dan bahkan merasa bersalah atau menyalahkan orang lain,” jelas dia. 


Maka itu, Rukimin menjelaskan untuk memberikan dukungan yang menyeluruh kepada korban banjir, dibutuhkan dukungan psikososial secara masif. 


“Bisa melibatkan relawan psikolog, tim trauma healing lintas lembaga maupun dukungan PFA yang kompeten di bidangnya,” tutur dia.


“Salam tangguh buat korban bencana banjir bandang di Semarang. Di balik ujian selalu ada hikmah yang bisa kita petik kemudian,” tambah dia.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin