Nasional

Tertarik Islam Indonesia, Al Azhar akan Buka Studi Islam Berbahasa Indonesia

Jum, 3 Juli 2015 | 21:00 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu perguruan tinggi ternama di Mesir, yaitu Universitas Al-Azhar Kairo, ingin membuka jurusan Bahasa Indonesia. Keinginan ini tidak terlepas dari keterikan civitas akademika Universitas Islam tertua itu terhadap kajian Islam Indonesia yang damai dan harmonis.
<>
Hal ini terungkap saat Kafilah Majelis Hukum Al Muslimin Universitas Al-Azhar Kairo diterima Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Jakarta, Jumat (03/07) seperti dilansir oleh situs kemenag.go.id. 

“Al-Azhar serius untuk menyebarkan Islam Wasathiah di daratan Afrika dan Bumi Barat. Namun, melihat kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu tempat yang harmonis, moderat, dan damai Islamnya, Syaikh al-Azhar berharap, Universitas al-Azhar bisa menimba ilmu di Indonesia,” terang Saeed Atia Ali mewakili Kafilah.

Kafilah Mesir ini  terdiri atas Saeed Atia Ali, Hosny Metwally dan Ahmed Shaykowy. Mereka bersilaturahim ke Kementerian Agama dengan didampingi Duta Besar Mesir untuk Indonesia Bahaa Dessouri, Konsellor Ahmed Eid, dan Pembina Ikatan Alumni Al-Azhar Kairo Quraish Shihab. Ikut hadir mendampingi Menag, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muchtar Ali, Kabiro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri (KLN) A Gunaryo, Kabag TU Pimpinan (Sesmen) Khoirul Huda, dan Kabid KLN Agus Sholeh.

“Selain itu, ada keinginan dari al-Azhar untuk membuka Jurusan Bahasa Indonesia, yakni Studi Islam Dengan Bahasa Indonesia,” tambah Saeed Atia Ali menyampaikan keinginan Syaikhul al-Azhar, Syeikh Ahmad Thayyib dan para pemimpin al-Azhar untuk mendirikan jurusan Bahasa Indonesia di Kampus terbesar di Timur Tengah tersebut.

Menurut Atia,  maklumat dari Syaikh al-Azhar yang menyatakan: “Perhatikan Bangsa Indonesia yang baik ini, karena Indonesia mampu menjalankan Islam yang moderat, toleran dan cinta damai. Maka timbalah ilmu di Indonesia”.

Dikatakan Atia, bahwa selain bersilaturahim, tujuan kedatangan Kafilah ke Indonesia adalah untuk melakukan koordinasi, apa yang bisa dikontribusikan untuk Pemikiran Islam yang moderat dan cinta damai dari Indonesia. Sebab, menurut al-Azhar, Indonesia adalah model realistis sebuah Islam yang mempunyai budaya damai dan menjunjung tinggi perdamaian.

“Senang sekali kami berkunjung ke negara ke-2 kami, untuk bersama-sama bekerja sama, mengekspor budaya damai dalam Islam,” tambah Ahmed Shaykowy.

Al-Azhar prihatin, lanjut Shaykowy, karena akhir-akhir ini, dunia Islam kacau balau akibat kekerasan atas nama agama. Meski, sebenarnya itu terjadi karena masalah politik, namun hal ini telah mencoreng Islam di dunia.

Menag, dalam silaturahim tersebut menyatakan, bahwa Universitas al-Azhar merupakan salah satu kekuatan Islam. “Atas nama pemerintah dan pribadi, kami mengucapkan terima kasih tak terhingga dan apresiasi atas upaya yang dilakukan Universitas al-Azhar, termasuk akan dibukanya Studi Islam Berbahasa Indonesia,” terang Menag. 

“Ini merupakan sebuah kehormatan bagi kami dan semoga bermanfaat bagi Umat Islam,” tambahnya.

Menag melihat, setidaknya ada dua hal, yang bisa dilakukan, agar bisa lebih membangun peradaban umat manusia agar lebih baik. Pertama adalah bagaimana Islam lebih mengedepankan aspek akhlaqnya. Karenanya, Menag menggarisbawahi bahwa orientasi pendidikan anak-anak  ke depan, tidak semata ibadah mahdlah saja, namun juga diimbangi dan dibarengi dengan memperbaiki akhlaq. “Karena itulah esensi Islam, agar ke depan, perilaku Umat Islam bisa lebih baik dan mampu berperan dan mewarnai peradaban ini,” jelasnya. 

“Ada kesalehan sosial, ini yang utama, dan hal ini berpusat pada akhlaq. Sengketa terjadi, karena rendahnya akhlaq, dan sesungguhnya Islam hadir untuk memperbaiki akhlaq,” imbuhnya.

Kedua, lanjut Menag, perlunya kesadaran bahwa keberagaman dan kemajemukan, adalah sesuatu yang given, yang sunnatullah. Karenanya, tidak bisa diingkari, tapi disikapi dengan arif. Salah satu cara adalah dengan membangun musyawarah dan dialog, dan menjauhi cara-cara kekerasan. “Dan al-Azhar mempunyai komintmen yang tinggi untuk hal ini, dan sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia,” imbuh Menag. Red: Mukafi Niam