Nasional

Terwujudnya Cita-cita Khairi Novandra sejak Kecil Jadi Qari Internasional

Sab, 9 September 2023 | 18:00 WIB

Terwujudnya Cita-cita Khairi Novandra sejak Kecil Jadi Qari Internasional

Ahmad Khairi Novandra (Foto: Instagram pribadi)

Jakarta, NU Online

Tak ada lain, cita-cita Ahmad Khairi Novandra sedari kecil adalah menjadi qari internasional. Bayangan harapan ini membersamainya terus hingga betul-betul terwujud saat ini dengan menjadi terbaik kedua pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional Ke-3 Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) tahun 2023.


Cita-cita itu dilatarbelakangi ayahnya yang saban waktu memutar kaset qari-qariah di rumahnya. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an para qari yang mendamaikan itu senantiasa terngiang di telinganya. Karenanya, ia pun mulai menggeluti bidang tilawah, saat duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar dengan mengaji kepada ayahnya yang juga merupakan seorang qari.


“Cita-cita dari kecil memang ingin menjadi qari internasional. Belajar tilawah sejak kelas 5 SD sekitar umur 10 tahun. Orang tua juga Qari,” katanya kepada NU Online saat penutupan MTQ Nasional Ke-9 dan MTQ Internasional Ke-3 JQHNU di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Kamis (7/9/2023).


Tidak berhenti di ayahnya, Khairi juga mengaji kepada qari-qari terbaik yang berada di Medan, Sumatra Utara. Ia belajar dan terus mendalami dunia tilawatil Qur’an. Guna mengukur kemampuannya, ia pun mengikuti sejumlah MTQ mulai tingkat lokal. 


Langkahnya sampai pada tingkat internasional tentu tidak diraih dengan instan. Sebab, ia juga berulang kali kalah dalam ajang musabaqah tersebut. Namun, ia tak patah arang. Ia terus belajar, mengaji, berlatih berulang-ulang.


“Fokus berlatih. (Ikut) Musabaqah, kalah. Ikut lagi. Kalah lagi. Bukan langsung juara. Proses dari nol. Tidak ada yang instan,” katanya.


Tentu ia sangat bersyukur menjadi terbaik kedua pada ajang internasional ini dan berterima kasih kepada para guru yang telah mendidiknya. Baginya, hal ini berkah para guru sehingga menjadi terbaik. Sebelumnya, ia juga pernah menjadi terbaik pertama pada ajang MTQ Internasional yang digelar Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) pada Desember 2021 lalu.


Ia menaruh harapan besar MTQ Internasional JQHNU semakin semarak di tahun-tahun berikutnya dengan keikutsertaan lebih banyak perwakilan negara lain. “Semakin banyak peserta dari luar negerinya. Kalau bisa 25 negara gitu. Sangat bahagia bisa terpilih dari JQHNU Sumatra Utara. Itu suatu kebanggaan. Tidak nyangka bisa juara nasional lalu internasional,” katanya.


Meski sudah menjadi terbaik pada ajang internasional, ia tidak berpuas diri. Sebab, ia masih punya cita-cita mengikuti ajang MTQ Internasional di luar negeri. Dua ajang internasional yang ia ikuti berada di dalam negeri, 2021 di Nangroe Aceh Darussalam dan kedua di Tanah Laut, Kalimantan Selatan 2023.


“Jadi juara jangan berpuas diri dulu. Saya belum puas. Sampai bisa ke luar negeri,” kata ayah dua anak ini.


Tampil maksimal

Untuk tampil maksimal, pria 28 tahun itu berlatih saban pagi usai shalat Subuh. Menurut Ust Darwin Hasibuan, qari internasional yang juga gurunya, Subuh merupakan waktu terbaik karena suara masih segar sehingga bisa bertahan di nada tinggi.


“Ketika waktu Subuh membaca Al-Qur’an melatih dengan nada tinggi walaupun serak suara, tidak apa dipaksakan saja. Biar tahan. Kalau dipaksa akan semakin tahan di nada tinggi itu,” katanya.


Setelah itu, ia juga lari-lari kecil untuk menjaga suara dapat stabil. Sebab, tiduran di pagi hari dapat membuat suara rusak. Terlebih, ia mendapatkan giliran tampil pada pagi hari sehingga suaranya perlu dijaga dengan lari-lari kecil.


“Subuh selesai ngaji berapa maqra itu kita jogging. Itu penting bagi saya. Ini kan MTQ penampilannya pagi,” katanya.


Sebelum tampil, ia menyegarkan suaranya dengan minum air hangat. “Kalau saya cukup air hangat saja,” ujar qari alumnus UIN Sumatra Utara pada jurusan Ahwal As-Syakhsiyah itu.


Khairi juga menekankan pentingnya tajwid dalam tilawah. Bagian itu menjadi ‘jenderal’ dalam tilawah di samping bidang lainnya, seperti lagu dan suara. Sebab, jika tajwidnya amburadul, maka seluruh penampilannya dianggap hancur sekalipun suara dan lagunya baik. Karenanya, lagu yang dikelola harus mengikuti tajwid, tidak sebaliknya, tajwid yang mengikuti lagu.


Di masa sekarang, belajar tilawah sudah teramat mudah. Tinggal buka Youtube, mengikuti tutorial ataupun qari yang digemari, diputar dan diikuti. Dulu, katanya, ia masih sempat harus membawa kaset kosong untuk mendapatkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari guru dan qari-qari terbaik yang diidamkannya.


“Kita masih zaman bawa kaset kosong. Untuk teman-teman baru mulai, tinggal buka Youtube. Latihan, latihan, dan latihan,” kata qari yang mengagumi Syekh Musthofa Ismail itu.