Nasional

Tiga Ciri Puritanisme Menurut Kiai Maman

NU Online  ·  Sabtu, 28 Oktober 2017 | 11:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Puritanisme bisa menyebabkan radikalisme, bila dibiarkan akan menjadi terorisme. Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Dakwa Nahdlatu Ulama (LDNU) Pusat KH Maman Imanulhaq saat menjadi narasumber pada Seminar Pembentukan Karakter Dasar Pelajar Menolak Radikalisme Sejak Dini yang merupakan rangkaian acara Konferensi Besar (Konbes) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatu Ulama ( IPPNU), di ruang Arafah Asrama Haji Yogyakarta, Jumat (27/10) Malam.

“Puritanisme ditandai dengan beberapa ciri. Pertama adalah literalis yaitu mereka yang membaca sumber hukum atau ayat hanya sepenggal atau sepotong saja sehingga, tidak dapat memahami suatu fenomena secara faktual,” urai Kiai Maman.

Ia menegaskan, posisi IPPNU sebagai pelajar harus menjadi The leader ia a reader. IPPNU adalah calon generasi penerus bangsa dalam memimpin negara.

“Untuk itu mari wujudkan pelajar putri peduli literasi,” harapnya.

Selain itu IPPNU harus paham tiga buku; buku kuning atau kitab-kitab kuning, buku putih seperti buku-buku sosiologi dan antropologi, dan buku abu-abu seperti kejadian-kejadian faktual yg ada di sekitar.

Ciri kedua, lanjut Kiai Maman, adalah ahistoris. Mengutip ungkapan Presiden Pertama Indonesia Soekarno, Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah.
 
“Hal ini selaras dengan ungkapan, Barang siapa yang tidak mempunyai negara maka dia tidak memiliki sejarah, dan barang siapa yang tidak memiliki sejarah maka dia akan dilupakan,” ujar Kiai Maman.

Menurutnya orang-orang ahistoris adalah orang yang tidak mempunyai sejarah berdirinya pemahaman dan organisasinya sehingga dia akan mudah dilupakan oleh bangsanya.

“IPPNU tentu pemegang sejarah para pendiri NU sebelumnya, untuk itu jangan tinggalkan mempelajari sejarah,” ungkap Kiai Maman

Ciri yang ketiga adalah anti dialog. Orang Radikalis tak mau berdiskusi, dan tidak mau ukhuwah. Peran IPPNU yang berkomitmen untuk mengawal deradikalisasi di kalangan pelajar dalam dunia pendidikan harus siap untuk berdialog baik itu lintas organisasi maupun lintas agama.

“Puritanisme itu licik yang selalu mencari kesalahan dan kelemahan orang untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” tandas Kiai Maman. (Anty Husnawati/Kendi Setiwan)